Senin, 30 Juli 2012

Tipe - Tipe Pemimpin, Tipe Pemimpin seperti apakah pemimpin Anda? Dan Tipe Pemimpin seperti apakah Anda?


  1. Tuan Pengeluh, cepat menyerah ketika menghadapi masalah. Sering mengeluh, merasa orang lain (departemen lain, atasan, bawahan, rekan kerja) kurang support.
Dalam keseharian sering mengeluhkan masalah namun tidak bergerak untuk menyelesaikan masalah.
  
  1. Tuan Pengkritik, selalu ingin menyalahkan orang setiap kali terjadi masalah. Pada saat bicara masalah, tuan pengkritik seolah memahami permasalahan, memahami jawaban atas permasalahan, seharusnya bla bla bla ……………………., anehnya jika Tuan Pengkritik sudah mengetahui jawabannya, kenapa masalah tidak kunjung terselesaikan ?  Contohnya pengamat bola yang pintar sekali dalam melakukan analisa, anggota DPR yang lancar ketika mengkritik eksekutif, namun ketika menjadi pelatih yang sebenarnya atau ketika masuk dalam jajaran eksekutif, Tuan Pengkritik belum tentu  mampu menyelesaikan masalah. Mengkritik adalah satu hal, namun menyelesaikan masalah adalah merupakan tantangan yang sebenarnya.


  1. Tuan Terima Beres, beranggapan bahwa masalah adalah tanggung jawab anak buah, ketika ada masalah beranggapan anak buah tidak mampu menyelesaikan masalah, ketika anak buah menceritakan masalah, dikembalikan lagi ke anak buah. “Menurut kamu solusinya bagaimana ?
Coba kamu pikirkan solusinya, masa semua masalah harus saya yang bereskan ?”

  1. Tuan Pemimpi, banyak ide, sering mengeluarkan gagasan baru, bahkan sering kali idenya cukup brillian, tapi tidak melaksanakannya secara nyata.

  1. Tuan Reaksi Cepat, tidak takut akan masalah dan segera bereaksi ketika ada masalah, namun sering kali tindakannya dilakukan tanpa melalui analisa terlebih dahulu. Akibat perencanaan yang kurang matang, seringkali terjadi masalah pada saat eksekusi. Pada akhirnya Tuan Reaksi Cepat sering terjebak pada kondisi Manajemen Pemadam Kebakaran (sibuk memadamkan api, namun tidak menyelesaikan permasalahan sesungguhnya)

  1. Tuan Pemecah Masalah, melihat masalah, menganalisa dan menetapkan rencana perbaikan, melakukan perbaikan dan mengevaluasi efektifitas tindakan perbaikan

So,  
Tipe Pemimpin seperti apakah pemimpin Anda? 
 Dan Tipe Pemimpin seperti apakah Anda?


Salam Transformasi,


Imanuel Iman
Penulis Buku Transforming Organization
Join Ur Milist at sspm@sentral-sistem.com or imas@sentral-sistem.com


Jumat, 27 Juli 2012

Apakah ISO 9001 Bermanfaat??

PAKAH ISO 9001 BERMANFAAT ?
Session 1

Survey yang dilakukan oleh Engineering Quality Forum di UK menyatakan bahwa lebih dari 68% perusahaan yang telah ISO 9001 kurang merasakan manfaat dari penerapan ISO 9001.  
Survey lain yang dilakukan oleh SGS pada tahun 2001 terhadap 220 perusahaan, menyatakan bahwa perbaikan pada dokumen merupakan manfaat no 1, sedangkan peningkatan kualitas menempati urutan ke 5 (??) dan peningkatan kepuasan pelanggan menempati urutan ke 6 (??). Padahal ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu (bukan sistem manajemen arsip !!), dimana tujuan akhir dari ISO 9001 adalah meningkatkan kualitas produk / jasa dan kepuasan pelanggan.
Kondisi tersebut diatas terjadi karena perusahaan terlalu fokus pada pembuatan dokumen (prosedur, instruksi kerja, form, dll) seolah-olah program ISO 9001 adalah program membuat prosedur, instruksi kerja, form, dll. Pelaksanaan Internal Audit juga difokuskan pada pengecekan kesesuaian (compliance) terhadap prosedur, kelengkapan form.    
Untuk bisa merasakan manfaat dari penerapan ISO 9001, maka perusahaan harus  merubah cara pengelolaan ISO 9001 dari fokus pada pembuatan dokumen menjadi fokus pada pencapaian performa, artinya sistem manajemen mutu (ISO 9001) dinyatakan efektif jika performa perusahaan meningkat dari waktu ke waktu

Ilustrasi : 
 ISO 9001, 7.4.1. Perusahaan harus mengevaluasi dan memilih supplier berdasarkan kemampuannya untuk mensupply produk sesuai dengan persyaratan perusahaan. Kriteria pemilihan, evaluasi, dan evaluasi ulang / re-evaluasi harus ditetapkan.
·         Sistem pada purchasing PT ABC adalah melakukan seleksi berdasarkan questionaire / angket yang dikirimkan ke supplier. Jika nilai hasil survey < 6, maka supplier tidak boleh digunakan, jika hasil survey > 6, maka supplier boleh digunakan. Pembelian dilakukan sesuai sistem, proses pembelian hanya dilakukan kepada supplier yang nilainya > 6.
·         Berdasarkan input dari produksi,  sering terjadi stop line, yang disebabkan oleh material dari supplier yang datangnya terlambat.  Hal ini mengindikasikan adanya kelemahan pada proses purchasing. Sistem PT ABC compliance tapi tidak efektif (performa tidak bagus)
  
Session 2
Banyak faktor yang mengakibatkan ISO 9001 tidak bisa dirasakan manfaatnya, antara lain sebagai berikut :  
  • Kurangnya komitmen dari Top Manajemen, atau
  • Kesalahan dalam mendifinisikan customer atau menetapkan quality objectives, atau
  • Sumber daya yang kurang memadai, termasuk motivasi dari karyawan yang rendah, atau
  • Karena perusahaan menerapkan ISO 9001 hanya untuk mendapatkan sertifikatnya saja, atau
  • Prosedur pada ISO 9001 dibuat terlalu birokratis sehingga ISO 9001 dirasakan sebagai hambatan, akibatnya orang malah antipati dengan ISO 9001, atau
  • Sudah merasa puas dengan prosedur yang ada, dan merasa ISO 9001-nya sudah benar karena telah lulus audit dari badan sertifikasi, atau
  • Karena faktor-faktor lain
Akan tetapi, pada umumnya perusahaan yang kurang / tidak merasakan manfaat ISO 9001, mempunyai ciri-ciri diantaranya :
·         Paradigma mengenai ISO 9001 adalah "ISO 9001 mengurusi dokumen (prosedur, instruksi kerja, dll)".  Akhirnya muncul istilah "Tulis apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu tulis"  (istilah yang sebenarnya salah !!)
·         Fokus penerapan ISO 9001 adalah pembuatan prosedur
·         Perusahaan merasakan dengan adanya ISO 9001, dokumen menjadi banyak, proses jadi birokrasi
·         Fokus audit adalah kesesuaian terhadap prosedur (fokus pada audit dokumen, ketidaklengkapan dokumen, dll)
·         Sistem Manajemen Mutu diterapkan sebagai sistem yang terpisah dari sistem sehari-hari, misalnya:
ü  Perusahaan membuat kebijakan mutu, dibuat oleh ISO 9001 officer,
ditanda tangani oleh Presiden Direktur (untuk memenuhi persyaratan ISO 9001). Terkadang perusahaan mempunyai kebijakan lain, yang sehari-hari digunakan dan datang dari Top Management, tetapi tidak diakui sebagai bagian dari ISO 9001.
ü  Perusahaan mempunyai quality objectives (persyaratan ISO 9001), melakukan evaluasi sistem manajemen mutu, termasuk quality objectives setiap 6 bulan sekali (karena diaudit ISO 9001 6 bulan sekali ??), tapi quality objectives terpisah dari bisnis plan perusahaan.
ü  ISO 9001 tidak meliputi semua sistem di perusahaan, hanya meliputi
apa saja yang diminta oleh ISO 9001 (khawatir akan menjadi masalah ketika diaudit ??). Akhirnya masih ada sistem (yang sehari-hari dilakukan) berada diluar sistem ISO 9001. Yang lebih buruk lagi, sistem sehari-hari berbeda dengan ISO 9001, dokumen untuk ISO 9001 baru disiapkan beberapa saat sebelum audit sertifikasi / surveillance.

Untuk bisa merasakan manfaat ISO 9001 secara financial mudah sekali !!
Jadikan ISO 9001 (sistem) sebagai alat untuk mencapai performa perusahaan !!

Contoh sederhana :
·         Kita (Sentral Sistem) pernah melakukan perbaikan sistem logistik di client melalui program ISO 9001 di perusahaan. Yang menjadi kendala pada perusahaan tersebut adalah masalah inventory termasuk dead stok yang tinggi, mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Setelah kita pelajari, ternyata dead stok terjadi, diantaranya karena :
ü  Sistem planning yang kurang baik
ü  Sistem pengontrolan stok
ü  Beberapa faktor lain target inventory dan dead stok, kemudian kita jadikan sebagai quality objectives, dan kita buat sistem / prosedur planning, prosedur sistem kontrol stok, dan beberapa prosedur lainnya. Hasilnya, kita bisa melakukan saving nyata hingga kurang lebih Rp 180 juta dalam waktu 5 bulan. Ditambah lagi working capital perusahaaan menjadi lebih kecil, karena level stok menjadi turun hingga 30 %.
·         Kita (Sentral Sistem) juga pernah punya program untuk menurunkan angka customer claim, reject internal, dan program-program lainnya. Tentu saja untuk mendapatkan manfaat seperti itu tidak semudah teori, misalnya buat prosedur, jalankan prosedur, lalu target tercapai. Jika yang membuat prosedur kurang mengetahui kelemahan sistem, maka prosedur yang dibuat hanya bersifat general (menulis aktual sistem sekarang), akibatnya tidak bisa membantu perusahaan mencapai target yang diinginkan.

Untuk program improvement yang kami (Sentral Sistem) lakukan, kami juga menghabiskan waktu konsultasi jauh lebih banyak dari sekadar konsultasi ISO 9001 biasa, karena kami  harus melakukan analisa secara mendetil, kelemahan sistem, kemudian perbaiki kelemahan tersebut dan membakukannya ke dalam sistem kerja (prosedur). Terkadang walaupun sistem telah diperbaiki, target masih belum tercapai. Hal ini meng-indikasikan masih adanya kelemahan dari sistem, kemudian sistem kami perbaiki lagi.

Intinya supaya ISO 9001 bisa dirasakan manfaatnya : fokus pada performa,
performa yang tidak baik merupakan sinyal adanya kelemahan pada sistem. Lakukan analisa dan perbaiki sistem.

Jika kita menjalankan ISO 9001 fokus pada dokumen, sudah puas dengan
kelengkapan dokumen dan dijalankan dengan konsisten, dan lulus audit sertifikasi, maka kemungkinan besar ISO 9001 tidak akan bisa dirasakan manfaatnya secara nyata.

Sistem Manajemen Mutu dikatakan sudah baik, hanya jika performa / target / quality objectives perusahaan bisa tercapai dari waktu ke waktu.

Session 3

Pada prinsipnya, standard bisa dikelompokkan menjadi 2 :
  • Standard sistem manajemen (untuk mutu : ISO 9001, untuk lingkungan ISO 14001, dst)
·         Standard produk, berisi spesifikasi produk yang harus diikuti
ISO 9001 adalah standard sistem manajemen, bukan standard produk. Untuk standard produk, pengujian dilakukan terhadap produk. Sedangkan untuk ISO 9001, pengujian dilakukan terhadap sistem manajemen mutu, bukan pada proses uji produk. Oleh karena itu logo ISO 9001 tidak boleh dicantumkan pada produk (karena memang bukan standard produk). 
Banyak yang berpikiran negatif mengenai ISO 9001, ada yang bilang politik dagang, ada yang bilang hanya diperlukan untuk export atau jika ada customer yang menuntut, jika tidak export tidak perlu ISO 9001, dll. Pikiran negatif tentang ISO 9001 muncul, karena:
·         Beberapa perusahaan mempunyai kebijakan bahwa suppliernya harus ISO 9001, sehingga ISO 9001 terkesan sebagai hambatan dagang. Padahal tuntutan supplier untuk ISO 9001 bertujuan untuk mendapatkan supplier yang mampu secara konsisten mengirim produk yang bermutu (supplier yang mempunyai sistem manajemen mutu yang baik, akan bisa menghasilkan produk secara konsisten baik).
·         Masih banyak perusahaan yang sudah ISO 9001, tapi performanya masih berantakan.
  • Beberapa perusahaan yang pada awalnya mengharapkan banyak dari ISO 9001, ternyata setelah mendapatkan ISO 9001 tidak merasakan manfaat seperti yang dibayangkan sebelumnya.
  • Ditambah lagi adanya perusahaan yang ISO 9001-nya sekedar untuk mendapatkan sertifikat. Akibatnya penerapannya hanya berjalan sebelum diaudit, dll.
Sebenarnya ISO 9001 jika diterapkan dengan baik, sangat bermanfaat. ISO 9001 mengharuskan :
  • Perusahaan mempunyai kebijakan mutu
  • Perusahaan mempunyai sasaran mutu 
  • Perusahaan harus mempunyai strategi untuk mencapai sasaran mutu
  • Tugas dan tanggung jawab harus jelas
  • Standard proses harus jelas, sehingga ketika terjadi pergantian orang, konsistensi mutu bisa tetap terjamin. Coba pelajari konsep franchising (misalnya Kentucky, Hoka-Hoka Bento, dll). Kokinya beda-beda tapi rasa masakannya bisa sama disetiap cabang. Hal tersebut bisa terjadi karena ada standard yang baku dan diikuti oleh semua karyawan. Bandingkan dengan beberapa franchising lokal, yang tidak mempunyai standard baku. Rasanya bisa berbeda antar cabang. Bahkan dicabang yang sama-pun terkadang rasanya suka tidak konsisten, dll.
Terlepas apakah perusahaan tersebut mau disertifikasi atau tidak, sebenarnya jika kaidah-kaidah dalam ISO 9001 diterapkan, seharusnya perusahaan bisa menjadi lebih baik. 

Permasalahan di ISO 9001 karena ISO 9001 hanya berisi aturan, sedangkan penerapannya (how to) diserahkan ke masing-masing perusahaan. Aturan yang bagus, belum tentu penerapannya juga bagus. Misalnya aturan kalau naik motor harus pakai helm, aturannya bagus, tapi penerapannya tidak bagus. Orang pakai helm untuk menghindari polisi. Demikian juga penerapan di ISO 9001. ISO 9001 mengharuskan perusahaan untuk mempunyai sasaran mutu. Ada perusahaan yang mempunyai sasaran mutu yang mudah (rata-rata claim 2 / bulan, kemudian target dibuat 2), ada juga yang mempunyai target yang lebih tinggi. Secara peraturan, ISO 9001 "mempunyai sasaran mutu", peraturan tersebut terpenuhi tapi dengan kualitas yang berbeda.  


Salam Transformasi,

Imanuel Iman
Penulis Buku Transforming Organization

Jumat, 20 Juli 2012

KRISIS, MUSIBAH atau PELUANG ??


Banyak perusahaan ketika timbul krisis (baik krisis internal maupun krisis eksternal) merasa pusing, cemas & galau. Takut terjadi krisis yang  berkepanjangan, takut perusahaan menjadi tutup akibat krisis. Ada yang hanya sekedar meratapi nasib, mengharapkan krisis segera lewat, mengharapkan ada keajaiban dan ada juga yang kemudian mencoba berbagai macam cara untuk mengatasi krisis yang terjadi pada perusahaan.

PENYEBAB KRISIS
Krisis bisa terjadi karena beberapa hal : 
  1. Krisis Internal yang terjadi karena 
     Membiarkan masalah (sengaja atau tidak sengaja) yang terakumulasi menjadi masalah besar à efek bola salju
     Terlena, merasa sudah cukup puas dengan hasil yang telah dicapai, sampai akhirnya muncul pesaing baru atau produk pengganti atau faktor eksternal yang mengancam perusahaan. Berikut ini contoh komentar dari pimpinan perusahaan
      “Perusahaan kami dipilih karena bisa membuat produk dengan cepat, walaupun pada saat awal produksi kualitasnya masih kurang baik namun mereka (Customer) memakluminya kok” à merasa bahwa kualitas kurang baik tidak apa-apa dengan alasan waktu pengembangan produk terlalu pendek. Sampai akhirnya muncul pesaing yang bisa membuat produk cepat dengan kualitas yang baik. 
      Penjualan kami dari tahun ke tahun naik kok (industri komponen otomotif). Sampai akhirnya timbul krisis financial. Ketika terjadi krisis perusahaan terbaik yang dipertahankan oleh Customer
  1. Krisis eksternal yang tidak kita duga
     Secara logika, krisis eksternal tentunya tidak hanya terjadi pada satu perusahaan, tetapi terjadi pada perusahaan lainnya. Pada saat terjadi krisis eksternal, terjadi penciutan permintaan, dan saat terjadi penciutan permintaan, hanya perusahaan-perusahaan terbaiklah yang akan bertahan dalam krisis.
     Lalu ketika krisis berakhir, perusahaan-perusahaan terbaik ini akan menikmati hasilnya. Permintaan akan kembali seperti semula, sedangkan pemasoknya sudah berkurang.

DAMPAK KRISIS
Ketika kita “merasa” sehat, perusahaan masih profit, seringkali kita menjadi terlena dan merasa tidak perlu melakukan perbaikan. Namun sebaliknya ketika kita mengalami krisis, kita jadi terbangun dari tidur, dipaksa untuk mencari jalan keluar mengatasi krisis. Ujung-ujungnya kita menjadi lebih “Sensitive” dalam melihat masalah yang sebelumnya kita anggap biasa-biasa saja. Kemudian kita berbenah untuk mengatasi krisis dan perusahaan menjadi lebih sehat. Ketika krisis berakhir, profit perusahaan bisa lebih baik karena perusahaan sudah menjadi lebih efektif dan efisien.

KRISIS MERUPAKAN SALAH SATU ELEMEN KUNCI PERUBAHAN ATAU TRANSFORMASI PADA PERUSAHAAN
Salah satu kunci dalam melakukan perubahan pada perusahaan, adalah motivasi yang kuat untuk berubah. Dan ternyata krisis bisa menjadi motivasi yang kuat bagi perusahaan untuk melakukan perubahan.
Dari program transformasi perusahaan yang kami lakukan, setelah kami teliti lebih jauh, ternyata hampir semua client yang kami tangani melakukan proses transformasi karena adanya desakan krisis yang dirasakan oleh Pimpinan perusahaan. Berangkat dari sinilah, kemudian pimpinan memutuskan untuk melakukan perubahan.
Dan bagi kami sebagai konsultan, menjalankan program pada perusahaan yang sedang dalam krisis dibanding perusahaan yang tidak sedang dalam krisis, memiliki perbedaan karakteristik yang cukup besar. Walaupun menjalankan program pada perusahaan yang sedang krisis jauh lebih sulit (karena pada umumnya masalah yang dihadapi sudah relative besar), namun dari sisi support dan motivasi dari Pimpinan/ pemilik perusahaan, perusahaan yang sedang krisis memiliki motivasi yang jauh lebih besar.  Dan bagi kami support dan motivasi merupakan modal yang sangat baik dalam menjalankan proses perubahan.        

KRISIS : MUSIBAH ATAU PELUANG 
Mengacu pada gambaran mengenai krisis seperti yang dijelaskan diatas, bahwa 
·         Krisis sering kali disebabkan dari diri kita sendiri yang terlena dengan kondisi yang kita anggap “sehat”
·         Krisis memberikan dorongan besar bagi bagi perusahaan untuk melakukan perubahan
·         Banyak perusahaan yang berhasil melakukan transformasi berangkat dari Kegelisahan Pemimpin (krisis yang dirasakan pemimpin)

Maka jelas sekali bahwa krisis sebenarnya adalah PELUANG UNTUK MEMBUAT KITA MENJADI LEBIH BAIK. Tanpa adanya Krisis kita menjadi kurang sensitive dan sering menjadi terlena dengan kondisi yang ada.

Oleh karena itu, penciptaan kondisi “Krisis” baik yang terjadi karena keadaan atau terjadi karena “Design” adalah sangat baik untuk memotivasi kita untuk berubah.
Seandainya krisis terjadi setiap hari, maka perusahaan akan terus melakukan terobosan dan terus menjadi lebih baik.
Jadi ciptakanlah kondisi krisis untuk menempatkan kita pada kondisi “terpaksa” untuk melakukan perubahan

Salam Transformasi


Best Regards,
Imanuel Iman
@imanueliman_ssc
Penulis buku Transforming Organization

Rabu, 18 Juli 2012

TEORI KEMUNGKINAN vs TEORI FAKTA


Berkecimpung dalam pelaksanaan problem solving di banyak perusahaan, baik dalam pelaksanaan problem solving dengan metode analisa sederhana, atau dengan metode QCC maupun dengan metode yang lainnya saya menemukan ada satu kesalahan yang cukup fatal yang banyak dilakukan oleh para praktisi dalam melakukan analisa problem solving.

Banyak praktisi yang melakukan analisa berdasarkan “TEORI KEMUNGKINAN” bukan berdasarkan “TEORI FAKTA”. Ketika ada masalah, banyak praktisi yang langsung masuk pada argumentasi “Mungkin karena …..” atau “Mungkin karena …..”. Seringkali secara teori apa yang dikatakan memang benar, misalnya :
·         Operator tidak mengikuti instruksi kerja. Memang benar jika operator tidak mengikuti instruksi kerja bisa terjadi masalah
·         Atau jig (alat bantu) bermasalah, yang secara teori tentunya disetujui oleh semua orang bahwa jig (alat bantu) yang bermasalah bisa mengakibatkan reject
·         Dan teori kemungkinan lainnya.

Kondisi ini bisa saja terjadi karena banyak dari kita diajarkan untuk langsung mengunakan tulang ikan ketika melakukan analisa masalah. Dan banyak dari kita diajarkan untuk menggunakan tulang ikan untuk mencari kemungkinan penyebab. Bahkan tidak jarang kita diajarkan untuk membuat tulang sebanyak-banyaknya, menggali ide kemungkinan sebanyak-banyaknya hingga terkadang terkesan lebay J (dahulu saya juga mengalami proses pembelajaran seperti ini).

Namun apakah “TEORI KEMUNGKINAN” memang “MENJADI FAKTA” pada kasus yang sedang kita hadapi ?? Seringkali secara hal tersebut memang benar dan tidak terbantahkan. Namun “SECARA FAKTA” apakah teori kemungkinan tersebut memang terjadi pada kasus yang sedang kita hadapi.

Dan celakanya dalam melakukan problem solving, seringkali para praktisi tidak melakukan klarifikasi Fakta terhadap teori kemungkinan. Mereka langsung melakukan tindakan perbaikan berdasarkan “TEORI KEMUNGKINAN” yang diyakini oleh mereka. Bahkan banyak pula program QCC yang melakukan validasi “TEORI KEMUNGKINAN” dengan mengunakan metode Branstorming, urun rembuk, voting pendapat (misalnya voting berdasarkan opini : 5 punya korelasi tinggi, 4 korelasi menengah, 3 korelasi sedang, 2 korelasi kurang, 1 tidak ada korelasi atau sistem penilaian lainnya yang berdasarkan opini), bukan berdasarkan Fakta atau pengujian ilmiah.  Akibatnya analisa  bukan dilakukan dengan menggunakan sistem problem solving yang benar (pengujian ilmiah) tetapi berdasarkan SISTEM OPINI.

Untuk mengatasi masalah inilah, saya kemudian merubah tahapan problem solving untuk tidak menganalisa masalah pada tahapan pertama. Tahapan pertama dalam pelaksanaan problem solving adalah “MELAKUKAN IDENTIFIKASI FAKTA”. Berdasarkan identifikasi Fakta inilah, baru kemudian kita menyimpulkan penyebab masalahnya. Dengan cara ini, kita diajarkan untuk bicara berdasarkan fakta bukan Opini.

Kelebihan lain dari tahapan awal analisa melalui proses “identifikasi fakta” sebelum pelaksanaan analisa adalah: 
·         Fakta tidak bisa diperdebatkan, berbeda dengan opini yang bisa diperdebatkan oleh semua orang. Diskusi menggunakan fakta juga bisa mengurangi perdebatan yang tidak perlu, perdebatan yang terjadi karena keyakinan seseorang akan “Teori Kemungkinan” yang ada dalam benak mereka. 
·         Identifikasi fakta juga seringkali mempermudah, menuntun kita untuk menemukan penyebab yang  sebenarnya. 

Mudah-mudahan sharing ini bisa bermanfaat.

Salam Transformasi


Imanuel Iman
@imanueliman_ssc
Penulis buku Transforming Organization

Kamis, 12 Juli 2012

Fokus K3L Pada Bahaya Atau Aspek Lingkungan Bukan Resiko Atau Dampak


Dalam beberapa kesempatan melakukan review , live audit K3L (bagian dari training Internal Audit K3L), maupun audit K3L, kami (Sentral Sistem) banyak menemukan MISS-ORIENTASI dalam penyusunan sistem Manajemen K3L.

·           Banyak perusahaan yang justru fokus untuk melakukan pengendalian terhadap resiko / dampak. Namun belum menemukan cara bagaimana mengurangi bahaya dan/atau aspek K3L. Padahal Menurut kami fokus pengendalian seharusnya dilakukan terhadap bahaya dan atau aspek, bukan pada resiko / dampak.
Miss-orientasi ini sayangnya sudah berkembang menjadi paradigma berpikir untuk kita fokus dalam mengendalikan resiko / dampak. Akibatnya semua tindakan pengendalian lebih difokuskan pada resiko / dampak bukan pada area bahaya / aspek. Sebagai contoh :
Ø  Ketika terjadi ceceran, bagaimana untuk mengatasi ceceran tersebut, termasuk diantaranya memiliki secondary containment (tatakan) dan tanggul untuk memblokir ceceran. Bukan pada usaha bagaimana supaya tidak terjadi ceceran.
Ø  Ketika terjadi kecelakaan dipikirkan penggunaan APD supaya ketika terjadi kecelakaan, resiko yang ditimbulkan bisa menjadi lebih minimal. Bukan pada pencegahan terhadap kecelakaan atau pencemaran.
Ø  HIRADC dan atau IAD fokus pada pengendalian resiko atau dampak. Bukan pada pengendalian Bahaya / Aspek K3L.
Ø  Training yang dilakukan sering difokuskan pada area resiko, bagaimana melakukan pemadaman api, melakukan investigasi kecelakaan, melakukan emergency respond, melakukan first aid, dan lain sebagainya. Minim sekali training-training yang berfokus pada pengendalian terhadap bahaya / aspek K3L.

Sebenarnya tidak salah juga kalau kita memiliki program untuk mengendalikan resiko / dampak, dan kita juga tidak bisa meninggalkan atau mengabaikan resiko / dampak, namun usaha kita seharusnya lebih diorientasikan pada pengendalian bahaya / aspek K3L. Usaha kita harus lebih difokuskan pada pencegahan. Ketika pola pikir kita sudah berorientasi pada bahaya / aspek lingkungan, maka tindakan kita pun akan terarah kepada pengendalian bahaya / aspek lingkungan.

 Contoh dari studi kasus hasil life audit yang kami lakukan :
·           Bahaya : Cipratan dan paparan uap Asam. Sebelumnya mereka focus pada penggunaan pakaian tertutup untuk menghindari cipratan dan uap mengenai manusia (fokus pada resiko). Ketika kami mengarahkan mereka untuk fokus dalam mengendalikan bahaya, maka secara otomatis pola pikir mereka menjadi lebih terfokus  pada  cipratan dan paparan uap asam tersebut. Bagaimana agar tidak ada atau mengurangi cipratan dan paparan uap asam. Dan hasilnya muncul program pengendalian sebagai berikut :
Ø  Merubah cara penuangan dengan melarang penuangan manual tetapi harus menggunakan pompa (ditarik dengan pompa),
Ø  Memasang kipas yang diarahkan keluar, menjauhkan uap kimia dari pekerja.
Ø  Ada pula ide untuk meninggikan proses penyedotan menggunakan pompa yang berada diatas kepala karena ada pemikiran uap akan naik ke atas sehingga manusianya bebas dari uap (terlepas dari perlunya adanya pembuktian bahwa uap akan naik keatas, namun ide ini menarik karena fokus pada bahaya paparan).  

Kasus ini terlihat sederhana, namun memiliki dampak besar dalam merubah pola pikir kita untuk menyusun progam K3L yang lebih bersifat prevention. Oleh karena itu kita harus selalu tekankan pada saat menyusun HIRADC / IAD ataupun program K3L, pengendalian di fokuskan terhadap Bahaya / aspek K3L bukan pada resiko / dampak yang ditimbulkan.


Salam Transformasi,

Fikriyah
HSE Consultant Sentral Sistem Consulting