Rabu, 28 Agustus 2013

Rasional vs Naluri

Goals Tulisan : Untuk mengubah pola pikir dimana kita terlalu cepat mengambil keputusan saat menghadapi masalah, pikiran kita dengan cepat menelaah situasi dan mengambil keputusan  berdasarkan pengalaman-pengalaman kita yang pernah ada.

Rasional vs Naluri
Cara membentuk pikiran sangat penting mengingat cara berpikir kita akan mempengaruhi tindakan yang kita lakukan. Setiap individu mempunyai kemampuan menghasilkan ide-ide berdasarkan pola-pola pemikiran yang sudah dia miliki, yang terbentuk menurut pendidikan dan pengalaman. Proses berpikir adalah sesuatu yang tidak kelihatan dan kebanyakan orang tidak dapat menjelaskan seperti apa proses yang dilaluinya saat berpikir. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar. Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, melalui sebuah proses yang tidak kelihatan yang berisikan serangkaian langkah-langkah untuk memberikan hasil akhir.
Saat berhadapan dengan masalah biasanya kita merespon masalah tersebut atau mengambil tindakan, masalah dapat didefenisikan sebagai  sesuatu yang mendorong orang untuk bertindak.  Tentunya mengambil tindakan tidaklah sulit, tetapi seberapa banyak tindakan kita yang efektif ?  Masalah tidak dapat diselesaikan dengan asal bertindak, tetapi memerlukan tindakan yang rasional. Ciri tindakan rasional adalah ketepatan dalam menjawab persoalan, yaitu efektif menyelesaikan masalah, dapat diterapkan, dan mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait.
Tindakan rasional dihasilkan oleh proses berpikir yang rasional, dengan pemikiran yang rasional menghasilkan pengambilan keputusan yang baik  (efisien dan efektif). Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi yang tidak jelas yang membuat tindakan-tindakan kita menjadi tidak efektif dan tidak jelas. Pembuat keputusan yang baik memiliki proses berpikir yang baik dan lebih konsisten, para pembuat keputusan yang kurang baik sering kali membuat pendekatan yang berbeda-beda setiap kalinya menghadapi masalah. Pembuat keputusan yang baik dapat berpikir secara rasional dan konsisten. 
Kemampuan berpikir bukanlah kualitas bawaan seseorang, apakah seseorang pembuat keputusan yang baik atau bukan sama sekali. Maka berpikir rasional dapat dipelajari dan dilatih, berpikir rasional itu adalah sebagai suatu proses. Proses akan mentransformasi input menjadi output, sebelum mengolah maka kita terlebih dahulu memberikan inputan ke proses sebagai sumberdaya (material) yang akan diproses. Setiap proses membutuhkan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran), gambar di bawah ini membuat hubungan ke tiga elemen diatas.
 
 

Sekarang mari kita bayangkan kita sedang memasak sate ayam bumbu kacang.
Untuk membuat hidangan  sate yang lezat (keluaran), kita memerlukan daging ayam segar, bumbu kacang yang gurih, arang, peralatan bakar, dan bahan-bahan lainnya (sebagai masukan). Selain itu kita juga perlu memastikan pembakaran (proses) yang berlangsung dengan baik. Dengan bumbu yang terenak di indonesia, alat bakar terbaik, dan daging ayam segar dan terbaik tidak akan ada artinya tanpa proses memasak yang benar. Seperti itu juga halnya dengan berpikir, output dari proses berpikir kita dipengaruhi oleh input dan cara berpikir kita, jika inputanya baik, proses berpikir yang baik, maka akan menghasilkan keputusan yang baik (output yang baik). Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, dan sesuatu yang utuh tanpa memecahnya menjadi bagian-bagian terkecil. Berpikir secara rasional melibatkan ke tiga eleman diatas secara keseluruhan.

Sering kali kegagalan yang terjadi saat memecahkan masalah (problem solving) kita tidak mengikuti tahapan proses berpikir rasional, tetapi dengan cepat kita lari ke solusi (tindakan).  Pengambilan kesimpulan yang dilakukan tanpa proses berpikir yang rasional dapat dirujuk sebagai “naluri” atau ketergantungan pada pengalaman. Saat ini semua orang selalu menciptakan pertumbuhan dan percepatan, sehingga  dunia (kerja) terasa berubah amat cepat, apa yang kita ketahui menjadi kadaluarsa terlalu cepat  sehingga pengalaman memiliki keterbatasan. Misalkan karena hasil produksi kurang memuaskan dan melakukan sidak pada proses produksi di pabrik pada shift malam, jam 04.00 wib kita melakukan sidak dan mendapati pekerja tidak bekerja dan mesin stop. Pekerja shift malam kita dapati ada yang ngumpul / ngerumpi, dan tidur. Karena dulu sang pemilik usaha pernah memiliki pengalaman karyawan-karyawan yang malas, maka dengan cepat pikiran kita menyimpulkan bahwa mereka malas dan tidak bertanggung-jawab karena jam kerja mereka seharusnya sampai jam 07.00 wib. Pikiran kita langsung berkesimpulan bahwa kerja pada shift malam kurang kontrol, dan besoknya kita langsung mencari manager produksi dan mengkomplain akan kinerjanya dalam mengontrol anak buahnya. Padahal kondisi sebenarnya adalah terjadi kerusakan mesin dimana as mesin patah dan maintenance sedang melakukan pembubutan dan pengelasan as di ruangan meintenance yang berada jauh dari ruangan produksi. Pengambilan keputusan yang cepat seperti kasus tersebut diatas melalui proses berpikir tetapi bukanlah proses berpikir yang rasional tetapi lebih kapada naluri berdasarkan pengalaman kita di masa lalu yang pernah terjadi.
Perlu kita ketahui bahwa pikiran kita bukanlah sesuatu yang dapat kita atur-atur sesuai dengan keadaan, tetapi pemikiran kita cepat bekerja tanpa batas dan tanpa kita sadari. Dan sering kali respon dan cara kerjanya berubah-ubah saat kita menghadapi masalah, tergantung pada situasi dan kondisi kita saat itu. Dengan berbekal pada pengalaman, pengetahuan, asumsi, naluri, pikiran kita dapat melompat jauh mengeluarkan keputusan. Sebagai contoh pada eksperiment pemikiran dibawah ini dimana pikiran bekerja dan kita dapat membacanya secara utuh biarpun kata perkata tidak ada artinya.
Silakan dibaca :


 
Dari eksperiment pemikiran diatas pikiran kita dapat mengolah informasi-informasi yang sesungguhnya tidak berarti apa-apa menjadi sebuah keputusan.  Eksperiment pemikiran diatas hanya untuk menjelaskan kepada kita bahwa kita dapat membaca situasi dengan cepat dan menyimpulkan artinya atau mengambil sebuah keputusan yang kita yakini benar, dan kita merasa benar dan kita akan mempertahankan kebenarannya jika menjadi perdebatan.
Agar kita tidak terjebak pada naluri maka kita perlu melatih proses pemikiran rasional kita, berpikir rasional tidak terjadi tanpa sengaja. Setiap situasi tidaklah memerlukan jenis pemikiran yang berbeda pula, metoda pemecahan masalah pada umumnya cenderung dengan metoda yang sama. Pendekatan yang sama pada berbagai masalah sama saja. Jika kita sudah terlatih maka akan menjadi sesuatu yang konsisten, jika pun keputusannya cepat tetapi tetap otomatis melalui tahapan proses berpikir rasional. Sehingga keputusan yang keluar dari pemikiran kita dapat selalu efesien dan efektif, selalu menguntungkan bukannya merugikan atau malah membuat persoalan menjadi ruwet dan tidak kunjung selesai. Dengan melatihnya atau mencobanya pada beberapa kasus maka kita akan membentuk cara berpikir kita yang rasional, sehingga saat menghadapi masalah kita secara otomatis melakukannya secara rasional dan kita akan membuat pendekatan yang sama setiap kalinya.

`Iswara Karsa P
 Konsultan Mutu Sentral Sistem Consulting