Goals Tulisan : Untuk mengubah pola pikir dimana kita
terlalu cepat mengambil keputusan saat menghadapi masalah, pikiran kita dengan
cepat menelaah situasi dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman-pengalaman kita yang
pernah ada.
Rasional vs Naluri
Cara membentuk pikiran sangat penting
mengingat cara berpikir kita akan mempengaruhi tindakan yang kita lakukan.
Setiap individu mempunyai kemampuan menghasilkan ide-ide berdasarkan pola-pola
pemikiran yang sudah dia miliki, yang terbentuk menurut pendidikan dan
pengalaman. Proses berpikir
adalah sesuatu yang tidak kelihatan dan kebanyakan orang tidak dapat menjelaskan seperti apa
proses yang dilaluinya saat berpikir. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan,
memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang
lebih benar. Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, melalui sebuah proses yang
tidak kelihatan yang berisikan serangkaian langkah-langkah untuk memberikan
hasil akhir.
Saat berhadapan dengan masalah
biasanya kita merespon masalah tersebut atau mengambil tindakan, masalah dapat
didefenisikan sebagai sesuatu yang mendorong
orang untuk bertindak. Tentunya
mengambil tindakan tidaklah sulit, tetapi seberapa banyak tindakan kita yang
efektif ? Masalah tidak dapat
diselesaikan dengan asal bertindak, tetapi memerlukan tindakan yang rasional.
Ciri tindakan rasional adalah ketepatan dalam
menjawab persoalan, yaitu efektif menyelesaikan masalah, dapat diterapkan, dan
mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait.
Tindakan
rasional dihasilkan oleh proses berpikir yang rasional, dengan pemikiran yang
rasional menghasilkan pengambilan keputusan yang baik (efisien dan efektif). Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan
data-data dan fakta-fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi
yang tidak jelas yang membuat tindakan-tindakan kita menjadi tidak efektif dan
tidak jelas. Pembuat keputusan yang baik memiliki proses berpikir yang baik dan
lebih konsisten, para pembuat keputusan yang kurang baik sering kali membuat
pendekatan yang berbeda-beda setiap kalinya menghadapi masalah. Pembuat
keputusan yang baik dapat berpikir secara rasional dan konsisten.
Kemampuan
berpikir bukanlah kualitas bawaan seseorang, apakah seseorang pembuat keputusan
yang baik atau bukan sama sekali. Maka berpikir rasional dapat dipelajari dan
dilatih, berpikir rasional itu adalah sebagai suatu proses. Proses akan mentransformasi input menjadi output,
sebelum mengolah maka kita terlebih dahulu memberikan inputan ke proses sebagai
sumberdaya (material) yang akan diproses. Setiap proses membutuhkan input
(masukan) untuk menghasilkan output (keluaran), gambar di bawah ini membuat hubungan
ke tiga elemen diatas.
|
Sekarang mari
kita bayangkan kita sedang memasak sate ayam bumbu kacang.
Untuk membuat
hidangan sate yang lezat (keluaran),
kita memerlukan daging ayam segar, bumbu kacang yang gurih, arang, peralatan
bakar, dan bahan-bahan lainnya (sebagai masukan). Selain itu kita juga perlu
memastikan pembakaran (proses) yang berlangsung dengan baik. Dengan bumbu yang
terenak di indonesia, alat bakar terbaik, dan daging ayam segar dan terbaik
tidak akan ada artinya tanpa proses memasak yang benar. Seperti itu juga halnya dengan berpikir, output dari proses berpikir
kita dipengaruhi oleh input dan cara berpikir kita, jika inputanya baik, proses
berpikir yang baik, maka akan menghasilkan keputusan yang baik (output yang
baik). Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, dan sesuatu
yang utuh tanpa memecahnya menjadi bagian-bagian terkecil. Berpikir secara rasional
melibatkan ke tiga eleman diatas secara keseluruhan.
Sering kali
kegagalan yang terjadi saat memecahkan masalah (problem solving) kita tidak
mengikuti tahapan proses berpikir rasional, tetapi dengan cepat kita lari ke
solusi (tindakan). Pengambilan
kesimpulan yang dilakukan tanpa proses berpikir yang rasional dapat dirujuk
sebagai “naluri” atau ketergantungan pada pengalaman. Saat ini semua orang
selalu menciptakan pertumbuhan dan percepatan, sehingga dunia (kerja) terasa
berubah amat cepat, apa yang kita ketahui menjadi kadaluarsa terlalu cepat sehingga pengalaman memiliki keterbatasan.
Misalkan karena hasil produksi kurang memuaskan dan melakukan sidak pada proses
produksi di pabrik pada shift malam, jam 04.00 wib kita melakukan sidak dan mendapati
pekerja tidak bekerja dan mesin stop. Pekerja shift malam kita dapati ada yang
ngumpul / ngerumpi, dan tidur. Karena dulu sang pemilik usaha pernah memiliki
pengalaman karyawan-karyawan yang malas, maka dengan cepat pikiran kita menyimpulkan bahwa mereka malas dan tidak
bertanggung-jawab karena jam kerja mereka seharusnya sampai jam 07.00 wib. Pikiran
kita langsung berkesimpulan bahwa kerja pada shift malam kurang kontrol, dan
besoknya kita langsung mencari manager produksi dan mengkomplain akan
kinerjanya dalam mengontrol anak buahnya. Padahal kondisi sebenarnya adalah
terjadi kerusakan mesin dimana as mesin patah dan maintenance sedang melakukan
pembubutan dan pengelasan as di ruangan meintenance yang berada jauh dari
ruangan produksi. Pengambilan keputusan yang cepat seperti kasus tersebut
diatas melalui proses berpikir tetapi bukanlah proses berpikir yang rasional
tetapi lebih kapada naluri berdasarkan pengalaman kita di masa lalu yang pernah
terjadi.
Perlu kita
ketahui bahwa pikiran kita bukanlah sesuatu yang dapat kita atur-atur sesuai
dengan keadaan, tetapi pemikiran kita cepat bekerja tanpa batas dan tanpa kita
sadari. Dan sering kali respon dan cara kerjanya berubah-ubah saat kita
menghadapi masalah, tergantung pada situasi dan kondisi kita saat itu. Dengan
berbekal pada pengalaman, pengetahuan, asumsi, naluri, pikiran kita dapat
melompat jauh mengeluarkan keputusan. Sebagai contoh pada eksperiment pemikiran
dibawah ini dimana pikiran bekerja dan kita dapat membacanya secara utuh
biarpun kata perkata tidak ada artinya.
Silakan
dibaca :
Dari eksperiment pemikiran diatas pikiran kita dapat mengolah
informasi-informasi yang sesungguhnya tidak berarti apa-apa menjadi sebuah
keputusan. Eksperiment pemikiran diatas hanya
untuk menjelaskan kepada kita bahwa kita dapat membaca situasi dengan cepat dan
menyimpulkan artinya atau mengambil sebuah keputusan yang kita yakini benar,
dan kita merasa benar dan kita akan mempertahankan kebenarannya jika menjadi
perdebatan.
Agar kita tidak terjebak pada naluri
maka kita perlu melatih proses pemikiran rasional kita, berpikir rasional tidak
terjadi tanpa sengaja. Setiap situasi tidaklah memerlukan jenis pemikiran yang
berbeda pula, metoda pemecahan masalah pada umumnya cenderung dengan metoda
yang sama. Pendekatan yang sama pada berbagai masalah sama saja. Jika kita
sudah terlatih maka akan menjadi sesuatu yang konsisten, jika pun keputusannya
cepat tetapi tetap otomatis melalui tahapan proses berpikir rasional. Sehingga
keputusan yang keluar dari pemikiran kita dapat selalu efesien dan efektif,
selalu menguntungkan bukannya merugikan atau malah membuat persoalan menjadi
ruwet dan tidak kunjung selesai. Dengan melatihnya atau mencobanya pada
beberapa kasus maka kita akan membentuk cara berpikir kita yang rasional,
sehingga saat menghadapi masalah kita secara otomatis melakukannya secara
rasional dan kita akan membuat pendekatan yang sama setiap kalinya.
`Iswara Karsa P
Konsultan Mutu Sentral Sistem Consulting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar