Kita
mungkin pernah mendengar komentar beberapa orang bahwa
·
Sistem tidak
terkait dengan kinerja, bisa saja perusahaan sudah memiliki sistem yang baik,
tetapi kinerjanya masih kurang baik.
Pernyataan
tersebut bisa muncul karena Melihat realita bahwa ada perusahaan yang mungkin
sudah mendapatkan ISO 9001 tapi kinerjanya masih tetap kurang bagus, atau
karena selama pelaksanaan sistem: fokus orang masih di tataran penyusunan
prosedur, instruksi kerja, dokumen lainnya
Akibatnya
sering terjadi semacam 2 ruangan di dalam perusahaan :
1. Ruangan
Sistem (pedoman, aturan dalam menjalankan operational). Ruangan sistem
seringkali menjadi domainnya pelaksana sistem (operational)
2. Dan Ruangan
Kinerja (Target, SWOT, strategi untuk mencapai target, evaluasi pencapaian
target). Ruangan kinerja menjadi domainnya Owner, Top Manajemen
Karena
ada 2 sekat yang tidak terhubung dengan baik, akibatnya timbul pula 2
kepentingan.
· Top
Manajemen merasa bahwa urusan sistem adalah urusan orang operational, sedangkan
urusan Top Manajemen adalah urusan kinerja
· Sedangkan
orang operational melihat bahwa Top Management tidak memiliki komitmen yang
baik terhadap sistem
Untuk
mengatasi masalah ini: Tembok pemisah antara sistem vs kinerja harus
dirubuhkan, harus dibuat keterkaitan yang jelas antara sistem vs kinerja.
· Bahwa
Kinerja adalah tujuan akhir dari sistem. Ukuran efektifitas sistem adalah
kinerja. Mencapai kinerja melalui penerapan sistem yang baik.
Ketika
ada masalah dengan kinerja, kita harus melakukan evaluasi kelemahan sistem.
Bahwa masalah bisa terjadi karena adanya kelemahan sistem, sehingga sistem
perlu diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar