Senin, 13 Oktober 2014
Transforming Organization: Melihat Dengan Sudut Pandang Yang Tepat
Transforming Organization: Melihat Dengan Sudut Pandang Yang Tepat: Ada seorang Ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki dan suami yang sangat mencintainya. Ibu ini sangat cekatan mengatur rum...
Melihat Dengan Sudut Pandang Yang Tepat
Ada seorang Ibu rumah tangga yang
memiliki 4 anak laki-laki dan suami yang sangat mencintainya. Ibu ini sangat
cekatan mengatur rumah tangga. Cuma ada 1 masalah, Ibu yang pembersih ini
sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa marah berkepanjangan
jika melihat jejak sepatu di atas karpet dan suasana tidak enak akan
berlangsung seharian. Padahal dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini selalu
terjadi.
Atas saran keluarganya, ia pergi
menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir.
Setelah mendengarkan cerita sang
Ibu, V. Satir memerintahkan sang Ibu: “Ibu tolong tutup matanya & bayangkan
apa yang saya katakan, coba bayangkan rumah Ibu yang rapih & karpet Ibu
yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan Ibu?“
Tetap menutup mata, senyum Ibu
itu merekah, mukanya berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang
dilihatnya.
V satir melanjutkan: “Itu artinya
tidak ada seorangpun di rumah Ibu. Tidak ada suami dan tidak ada anak-anak. Rumah
Ibu sepi & kosong tanpa orang-orang yang Ibu kasihi.” Seketika senyum Ibu
tersebut hilang, napasnya mengandung isak. Pikirannya cemas membayangkan apa
yang tengah terjadi pada suami & anak-anaknya.
“Sekarang lihat kembali karpet
itu. Ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan
anak-anak Ibu ada di rumah. Orang-orang yang Ibu cintai ada bersama Ibu &
kehadiran mereka menghangatkan hati Ibu”. Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia
merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.
“Sekarang bukalah mata Ibu.
Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat Ibu?” Ibu itu
tersenyum & menggelengkan kepala. “Aku mengerti sekarang” ujar sang Ibu.
“JIKA MELIHAT DENGAN SUDUT PANDANG YANG TEPAT, MAKA HAL YANG NEGATIF DAPAT
DILIHAT SECARA POSITIF”
Teori tersebut disebut Reframming
atau bingkai ulang. Buatlah Reframming agar hari kita menjadi lebih cerah
ceria.
Virginia Satir adalah salah
seorang pelopor NLP yang mengajarkan teori Reframing.
Catatan Sentral Sistem :
Sering kali kita melihat orang
lain bermasalah karena kita melihat dari SISI KACAMATA SAYA. Cobalah Anda
merubah posisi Anda, berada pada sisi yang lain. Anda akan dapat lebih
memahami kenapa mereka melakukan hal tersebut. Cara ini cukup efektif untuk mengurangi
Ego kita yang sering kali secara tidak disadari mengunakan “DEFINISI BENAR VERSI
SAYA”. Kenapa kita harus berkelahi atas perbedaan sudut pandang ?? lebh
baik mencoba saling memahami dan menggunakan energi kita untuk menciptakan
sinergi.
Jumat, 03 Oktober 2014
Terperangkap Pikiran
Pernahkah Anda ke Way Kambas,
Lampung dan memperhatikan bagaimana seekor Gajah besar hanya diikat kakinya ke sebuah bambu kecil, namun Gajah tersebut tidak berontak untuk melepaskan diri?? Padahal dengan tenaganya yang besar, gajah tersebut akan dengan sangat
mudah melepaskan dirinya dari sebuah bamboo yang kecil.
Kondisi Gajah yang tidak
melepaskan diri dari ikatan bamboo kecil terjadi karena “penanaman pikiran”
yang sudah dilakukan oleh pelatih gajah sejak gajah tersebut masih kecil. Saat
gajah masih kecil, gajah diikat ke bambu.
Karena belum memiliki kekuatan
yang cukup, Gajah kecil tidak mampu melepaskan diri. Kondisi ini terus terjadi hingga Sang Gajah memiliki pemikiran “PERCUMA
BERONTAK”, dan pemikiran tersebut terbawa hingga Gajah tersebut
besar. Pemikiran “PERCUMA BERONTAK” telah membelenggu
pikiran sang Gajah untuk tidak melakukan hal yang sebenarnya sangat bisa
dilakukan.
Kita pernah mencoba tapi gagal, kemudian
membelenggu pemikiran kita untuk “Percuma mencoba, karena pasti akan gagal”.
· Kita pernah mendapatkan nilai yang jelek, kemudian
membelenggu pemikiran kita bahwa “kita tidak punya bakat atau kita tidak cukup
pintar untuk mendalami bidang ini”.
· Kita mempelajari suatu ilmu kemudian ilmu
tersebut membelenggu pemikiran kita “sesuai referensi ilmu yang kita miliki
seharusnya bla bla bla”. Padahal ilmu adalah suatu referensi, yang suatu saat
akan bisa berubah ketika terjadi penemuan baru. Ilmu bumi datar merupakan
referensi yang dipercaya sebelum ditemukan ilmu baru yang menyatakan bahwa bumi
itu bundar.
· Kita sering kali terbelenggu dengan pemikiran
“tidak mungkin”, “sulit” yang biasanya tumbuh dalam pemikiran kita. Padahal
kita belum mencoba
· Kita sering kali terbelenggu dengan cara-cara
lama atau kesuksesan kita dahulu. Padahal lingkungan sudah berubah sehingga
cara lama, kesuksesan kita dahulu sudah tidak bisa menjadi jaminan keberhasilan
kita saat ini dan masa depan.
So janganlah menjadi GAJAH yang
terbelenggu dengan pemikirannya, janganlah kita terbelenggu dengan pemikiran
masa lalu, tapi RUBAHLAH, PERBAHARUI TERUS
PEMIKIRAN KITA :) :)
Salam
Imanuel Iman
Sentral Sistem Consulting
twitter : imanueliman_ssc
facebook :
Rabu, 17 September 2014
Selasa, 12 Agustus 2014
Keterkaitan Sistem dengan Kinerja
Kita
mungkin pernah mendengar komentar beberapa orang bahwa
·
Sistem tidak
terkait dengan kinerja, bisa saja perusahaan sudah memiliki sistem yang baik,
tetapi kinerjanya masih kurang baik.
Pernyataan
tersebut bisa muncul karena Melihat realita bahwa ada perusahaan yang mungkin
sudah mendapatkan ISO 9001 tapi kinerjanya masih tetap kurang bagus, atau
karena selama pelaksanaan sistem: fokus orang masih di tataran penyusunan
prosedur, instruksi kerja, dokumen lainnya
Akibatnya
sering terjadi semacam 2 ruangan di dalam perusahaan :
1. Ruangan
Sistem (pedoman, aturan dalam menjalankan operational). Ruangan sistem
seringkali menjadi domainnya pelaksana sistem (operational)
2. Dan Ruangan
Kinerja (Target, SWOT, strategi untuk mencapai target, evaluasi pencapaian
target). Ruangan kinerja menjadi domainnya Owner, Top Manajemen
Karena
ada 2 sekat yang tidak terhubung dengan baik, akibatnya timbul pula 2
kepentingan.
· Top
Manajemen merasa bahwa urusan sistem adalah urusan orang operational, sedangkan
urusan Top Manajemen adalah urusan kinerja
· Sedangkan
orang operational melihat bahwa Top Management tidak memiliki komitmen yang
baik terhadap sistem
Untuk
mengatasi masalah ini: Tembok pemisah antara sistem vs kinerja harus
dirubuhkan, harus dibuat keterkaitan yang jelas antara sistem vs kinerja.
· Bahwa
Kinerja adalah tujuan akhir dari sistem. Ukuran efektifitas sistem adalah
kinerja. Mencapai kinerja melalui penerapan sistem yang baik.
Ketika
ada masalah dengan kinerja, kita harus melakukan evaluasi kelemahan sistem.
Bahwa masalah bisa terjadi karena adanya kelemahan sistem, sehingga sistem
perlu diperbaiki.
Langganan:
Postingan (Atom)