A. Latar Belakang
Untuk
membuat tersedianya tenaga kerja yang kompeten maka perusahaan mengeluarkan
biaya untuk pelatihan karyawan, sering kali saat perekrutan kesulitan untuk
mendapatkan tenaga kerja yang siap bekerja. Karyawan yang baru di rekrut
memerlukan pelatihan atas pekerjaannya sampai kompeten. Agar karyawan kompeten
dibutuhkan waktu untuk melatihnya, berapa lama seseorang harus dilatih atau
disebut dengan masa OJT (On The Job Training) tergantung pada kecepatan proses
belajar kita. Sering kali di perusahaan tidak mempunyai suatu metode yang
terukur untuk menetapkan masa OJT atas suatu pekerjaan, ditetapkan 3 bulan
misalnya berlaku untuk semua pekerjaan. Begitu juga halnya jika perusahaan
mendapatkan projek baru (atau produk
baru), maka perusahaan harus dapat mengestimasi biaya produksi, termasuk biaya
tenaga kerja yang diperlukan. Untuk mengukur berapa lama masa OJT maupun
mengestimasi biaya tenaga kerja dan produksi dapat dilakukan dengan penerapan konsep
learning curve. Konsep learning curve
ini akan mengukur seberapa cepat proses belajar yang akan atau sedang terjadi.
Jika seseorang
mengerjakan sesuatu, tentunya waktu yang dibutuhkan pada saat pertama kali
bekerja akan lebih lama daripada pekerjaan yang dilakukan kedua kalinya, atau
bahkan ketiga, keempat dan seterusnya. Seseorang melakukan
suatu pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, akan membuatnya menjadi semakin
lancar sejalan dengan pengalamannya. Dengan pengulangan maka waktu yang dibutuhkan
akan lebih singkat dan akan menuju ke arah perbaikan. Fenomena inilah yang
disebut dengan kurva pembelajaran (learning curve),
dengan kurva ini dapat diukur seberapa lama seseorang perlu dilatih agar
kompeten dalam pekerjaannya maupun mengestimasi biaya produksi di masa akan
datang. Pada dasarnya proses manufacturing yang kita lakukan adalah melakukan
pekerjaan secara berulang-ulang.
Learning
curve adalah sebuah kurva yang menggambarkan perkembangan kemajuan belajar,
baik disebabkan oleh proses kemajuan dalam belajar sendiri maupun yang disebabkan
oleh pelatihan (pendidikan). Istilah learning curve pertama kali diperkenalkan
oleh T.P. Wright untuk menandai suatu gejala yang terjadi bila orang
mengerjakan pekerjaan berulang kali. Learning curve merupakan alat atau metode
yang bermanfaat untuk manajemen operasi, alat ini juga dapat menentukan biaya
produksi yang akan dikeluarkan pada masa yang akan datang.
Pola
atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh
komandan Wright – Patterson Air Force Base di Ohio, Wright melaporkan bahwa
pengalaman berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal itu tercermin di
dalam jam kerja langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat (tanpa
mesin) yang menurun dengan tingkat tertentu
bila jumlah yang diproduksi menjadi dua
kali lipat. Jumlah jam kerja langsung rata-rata untuk memproduksi kerangka
pesawat yang keempat adalah 80% dari
yang diperlukan untuk unit yang kedua, untuk kerangka pesawat yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat,
dan untuk kerangka pesawat yang keseratus
hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan demikian disimpulkan bahwa tingkat
belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat tersebut adalah
80%
pada
jumlah kelipatan dua.
B.
Konsep Learning Curve
Konsep learning curve menyatakan
bahwa :
- Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi
- Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.
Learning curve memungkinkan
perusahaan untuk mengestimasi biaya, penjadwalan, perencanaan kebutuhan,
penganggaran maupun penetapan harga.
Fungsi
eksponensial learning curve dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Yn = (Y1)nR
Fungsi eksponensial diatas dapat dinyatakan dalam persamaan Logaritmik Linier:
Log
Yn = R log n + Log Y1
Keterangan:
Yn =
waktu yang dibutuhkan utuk memproduksi produk ke-n
Y1 =
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi produk pertama
N = jumlah unit produk yang dibuat
R = Rasio Logaritma dari waktu yang
diperlukan untuk meningkatkan jumlah unit produksi dari waktu produksi standar
dibagi dengan log 2 atau log r / log 2
Untuk lebih
jelas penerapan konsep diatas perhatikan contoh-contoh dibawah ini “
1.
PT Gatelu adalah perusahaan manufaktur komponen
kenderaan roda 2 yang telah berpengalaman, dari study mereka dihasilkan data
learning rate sebesar 95 %. Perusahaan membuat produk baru untuk produk pertama
(produk ke – 1) membutuhkan waktu total dari awal proses sampai menjadi finish
good sebesar 950 menit. Jumlah permintaan dari customer di bulan April 2015
sebesar 1000 unit, maka perusahaan ingin memperkirakan berapa lama waktu
dibutuhkan setelah 1 bulan produksi berjalan, hal ini diperlukan untuk
pengalokasian man power dan proses untuk project baru type lain di bulan Mei
2015.
Jawaban :
Dari kasus diatas diketahui
·
LR (learning
rate) = 90 %
·
Y1 = 950
menit
Maka : Yn = (Y1)nR ------à R = Log
0.9 / Log 2 = (-0.0228) / 0.30103 = -
0.074
Y1000 = 950 x 1000-0.074 = 569.8
Jadi
waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk yang ke 1000 adalah 569.8 menit.
2.
PT Sinar Cemerlang melakukan rekrutmen karyawan
baru untuk operator produksi assembly komponen elektronik, kandidat yang lulus
psikotest langsung di test ke lapangan untuk melakukan pekerjaannya. Perusahaan
mempunyai program training OJT adalah 2 bulan, dimana setelah OJT 2 bulan
karyawan baru harus bisa kerja mandiri dimana hasil kerjanya sudah memenuhi
standard perusahaan yaitu waktu 750 detik per produk. Rata-rata jumlah produksi
dalam sebulan adalah 500 pcs, jika si Antok calon karyawan baru membutuhkan
waktu membuat produk pertama secara benar adalah 850 detik, dan untuk membuat
produk kedua 845 detik. Sesuai dengan standard perusahaan apakah si Antok dapat
diterima bekerja?
Jawaban :
Dari kasus
diatas diketahui :
·
LR (learning
rate) = 845 / 850 = 0,994118
·
Y1 = 850 detik
·
Yn = yang ke 1000 unit (500 x 2) = Y1000
·
Waktu standard untuk unit ke 1000 = 750
detik
Maka : Yn = (Y1)nR ---à R = Log 0.994118 / Log 2 = (-0.00256) / 0.30103 = - 0.00851
Y 2 bulan = Y1000 = 850 x 1000-0.00851 = 801,4676
Jadi waktu
yang dibutuhkan untuk membuat produk yang ke 1000 adalah 801,4676 detik, dengan
demikian maka Anto tidak lulus karena setelah masa OJT (2 bulan) belum dapat
menghasilkan produk dengan waktu standard perusahaan 750 detik.
Penulis
Iswara Karsa P
Konsultan Quality Sentral Sistem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar