Selasa, 17 September 2013
Rabu, 28 Agustus 2013
Rasional vs Naluri
Goals Tulisan : Untuk mengubah pola pikir dimana kita
terlalu cepat mengambil keputusan saat menghadapi masalah, pikiran kita dengan
cepat menelaah situasi dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman-pengalaman kita yang
pernah ada.
Rasional vs Naluri
Cara membentuk pikiran sangat penting
mengingat cara berpikir kita akan mempengaruhi tindakan yang kita lakukan.
Setiap individu mempunyai kemampuan menghasilkan ide-ide berdasarkan pola-pola
pemikiran yang sudah dia miliki, yang terbentuk menurut pendidikan dan
pengalaman. Proses berpikir
adalah sesuatu yang tidak kelihatan dan kebanyakan orang tidak dapat menjelaskan seperti apa
proses yang dilaluinya saat berpikir. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan,
memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang
lebih benar. Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, melalui sebuah proses yang
tidak kelihatan yang berisikan serangkaian langkah-langkah untuk memberikan
hasil akhir.
Saat berhadapan dengan masalah
biasanya kita merespon masalah tersebut atau mengambil tindakan, masalah dapat
didefenisikan sebagai sesuatu yang mendorong
orang untuk bertindak. Tentunya
mengambil tindakan tidaklah sulit, tetapi seberapa banyak tindakan kita yang
efektif ? Masalah tidak dapat
diselesaikan dengan asal bertindak, tetapi memerlukan tindakan yang rasional.
Ciri tindakan rasional adalah ketepatan dalam
menjawab persoalan, yaitu efektif menyelesaikan masalah, dapat diterapkan, dan
mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait.
Tindakan
rasional dihasilkan oleh proses berpikir yang rasional, dengan pemikiran yang
rasional menghasilkan pengambilan keputusan yang baik (efisien dan efektif). Berpikir rasional mengidentifikasikan permasalahan berdasarkan
data-data dan fakta-fakta yang ada, bukan berdasarkan asumsi-asumsi
yang tidak jelas yang membuat tindakan-tindakan kita menjadi tidak efektif dan
tidak jelas. Pembuat keputusan yang baik memiliki proses berpikir yang baik dan
lebih konsisten, para pembuat keputusan yang kurang baik sering kali membuat
pendekatan yang berbeda-beda setiap kalinya menghadapi masalah. Pembuat
keputusan yang baik dapat berpikir secara rasional dan konsisten.
Kemampuan
berpikir bukanlah kualitas bawaan seseorang, apakah seseorang pembuat keputusan
yang baik atau bukan sama sekali. Maka berpikir rasional dapat dipelajari dan
dilatih, berpikir rasional itu adalah sebagai suatu proses. Proses akan mentransformasi input menjadi output,
sebelum mengolah maka kita terlebih dahulu memberikan inputan ke proses sebagai
sumberdaya (material) yang akan diproses. Setiap proses membutuhkan input
(masukan) untuk menghasilkan output (keluaran), gambar di bawah ini membuat hubungan
ke tiga elemen diatas.
|
Sekarang mari
kita bayangkan kita sedang memasak sate ayam bumbu kacang.
Untuk membuat
hidangan sate yang lezat (keluaran),
kita memerlukan daging ayam segar, bumbu kacang yang gurih, arang, peralatan
bakar, dan bahan-bahan lainnya (sebagai masukan). Selain itu kita juga perlu
memastikan pembakaran (proses) yang berlangsung dengan baik. Dengan bumbu yang
terenak di indonesia, alat bakar terbaik, dan daging ayam segar dan terbaik
tidak akan ada artinya tanpa proses memasak yang benar. Seperti itu juga halnya dengan berpikir, output dari proses berpikir
kita dipengaruhi oleh input dan cara berpikir kita, jika inputanya baik, proses
berpikir yang baik, maka akan menghasilkan keputusan yang baik (output yang
baik). Berpikir dianggap sebagai suatu proses yang abstrak, dan sesuatu
yang utuh tanpa memecahnya menjadi bagian-bagian terkecil. Berpikir secara rasional
melibatkan ke tiga eleman diatas secara keseluruhan.
Sering kali
kegagalan yang terjadi saat memecahkan masalah (problem solving) kita tidak
mengikuti tahapan proses berpikir rasional, tetapi dengan cepat kita lari ke
solusi (tindakan). Pengambilan
kesimpulan yang dilakukan tanpa proses berpikir yang rasional dapat dirujuk
sebagai “naluri” atau ketergantungan pada pengalaman. Saat ini semua orang
selalu menciptakan pertumbuhan dan percepatan, sehingga dunia (kerja) terasa
berubah amat cepat, apa yang kita ketahui menjadi kadaluarsa terlalu cepat sehingga pengalaman memiliki keterbatasan.
Misalkan karena hasil produksi kurang memuaskan dan melakukan sidak pada proses
produksi di pabrik pada shift malam, jam 04.00 wib kita melakukan sidak dan mendapati
pekerja tidak bekerja dan mesin stop. Pekerja shift malam kita dapati ada yang
ngumpul / ngerumpi, dan tidur. Karena dulu sang pemilik usaha pernah memiliki
pengalaman karyawan-karyawan yang malas, maka dengan cepat pikiran kita menyimpulkan bahwa mereka malas dan tidak
bertanggung-jawab karena jam kerja mereka seharusnya sampai jam 07.00 wib. Pikiran
kita langsung berkesimpulan bahwa kerja pada shift malam kurang kontrol, dan
besoknya kita langsung mencari manager produksi dan mengkomplain akan
kinerjanya dalam mengontrol anak buahnya. Padahal kondisi sebenarnya adalah
terjadi kerusakan mesin dimana as mesin patah dan maintenance sedang melakukan
pembubutan dan pengelasan as di ruangan meintenance yang berada jauh dari
ruangan produksi. Pengambilan keputusan yang cepat seperti kasus tersebut
diatas melalui proses berpikir tetapi bukanlah proses berpikir yang rasional
tetapi lebih kapada naluri berdasarkan pengalaman kita di masa lalu yang pernah
terjadi.
Perlu kita
ketahui bahwa pikiran kita bukanlah sesuatu yang dapat kita atur-atur sesuai
dengan keadaan, tetapi pemikiran kita cepat bekerja tanpa batas dan tanpa kita
sadari. Dan sering kali respon dan cara kerjanya berubah-ubah saat kita
menghadapi masalah, tergantung pada situasi dan kondisi kita saat itu. Dengan
berbekal pada pengalaman, pengetahuan, asumsi, naluri, pikiran kita dapat
melompat jauh mengeluarkan keputusan. Sebagai contoh pada eksperiment pemikiran
dibawah ini dimana pikiran bekerja dan kita dapat membacanya secara utuh
biarpun kata perkata tidak ada artinya.
Silakan
dibaca :
Dari eksperiment pemikiran diatas pikiran kita dapat mengolah
informasi-informasi yang sesungguhnya tidak berarti apa-apa menjadi sebuah
keputusan. Eksperiment pemikiran diatas hanya
untuk menjelaskan kepada kita bahwa kita dapat membaca situasi dengan cepat dan
menyimpulkan artinya atau mengambil sebuah keputusan yang kita yakini benar,
dan kita merasa benar dan kita akan mempertahankan kebenarannya jika menjadi
perdebatan.
Agar kita tidak terjebak pada naluri
maka kita perlu melatih proses pemikiran rasional kita, berpikir rasional tidak
terjadi tanpa sengaja. Setiap situasi tidaklah memerlukan jenis pemikiran yang
berbeda pula, metoda pemecahan masalah pada umumnya cenderung dengan metoda
yang sama. Pendekatan yang sama pada berbagai masalah sama saja. Jika kita
sudah terlatih maka akan menjadi sesuatu yang konsisten, jika pun keputusannya
cepat tetapi tetap otomatis melalui tahapan proses berpikir rasional. Sehingga
keputusan yang keluar dari pemikiran kita dapat selalu efesien dan efektif,
selalu menguntungkan bukannya merugikan atau malah membuat persoalan menjadi
ruwet dan tidak kunjung selesai. Dengan melatihnya atau mencobanya pada
beberapa kasus maka kita akan membentuk cara berpikir kita yang rasional,
sehingga saat menghadapi masalah kita secara otomatis melakukannya secara
rasional dan kita akan membuat pendekatan yang sama setiap kalinya.
`Iswara Karsa P
Konsultan Mutu Sentral Sistem Consulting
Selasa, 02 April 2013
Konsep SPC
1.1. Konsep SPC
Konsep dasar
Statistik:
1.1.1. Variasi : Perbedaan data dari suatu object yang akan kita pelajari.
Ouput
dari suatu proses produksi akan bervariasi. Statistik berfungsi mempelajari
variasi dari suatu proses produksi
1.1.2. Stability : Kestabilan output
variasi dari suatu proses produksi (tanpa membandingkannya dengan spesifikasi)
·
Proses Stabil : Pola output variasi relatif sama sepanjang waktu
·
Proses tidak stabil : Pola Output variasi tidak sama sepanjang
waktu
·
Kestabilan proses produksi bisa dilihat dari grafik control chart.
Ciri-ciri proses yang tidak stabil
1.1.3. Capability : Perbandingan variasi dengan tuntutan
spesifikasi.
· Cp atau Pp : Perbandingan variasi vs spesifikasi, tanpa melihat
posisi variasi terhadap spesifikasi
·
|
·
Cpk atau Ppk : Selain membandingkan variasi dengan spesifikasi, Cpk
atau Ppk juga melihat posisi variasi terhadap spesifikasi
1.1.4. Kesimpulan Stability dan Capability
1.1.5.
Kesimpulan statistik. Approval proses
produksi hingga control proses produksi masal
1.2. Point penting dalam SPC
1.2.1. Statistik tidak hanya sekedar mengukur
kemampuan proses (yang digambarkan dalam indeks Cp-Cpk dan/ atau Pp-Ppk), namun
statistic mempelajari 2 hal
o
KESTABILAN
PROSES, yang dilihat berdasarkan trend data grafik
o
DAN
KEMAMPUAN PROSES, yang dilihat dari indeks Cp-Cpk dan/ atau Pp/ Ppk
1.2.2. Statistik membantu perusahaan dalam
mengambil keputusan dengan akurat. Statistik digunakan untuk
o Melakukan
validasi proses produksi masal. Untuk memastikan proses produksi masal telah
STABIL DAN MAMPU.
o
Melakukan
kontrol kestabilan proses selama berjalannya proses produksi masal.
Statistik akan memberikan sinyal ketika terjadi ketidakstabilan (abnormality)
pada proses. Oleh karena itu perusahaan harus bisa memahami ciri-ciri grafik
ketidakstabilan, sehingga bisa bereaksi ketika grafik statistic
menunjukkan gejala ketidakstabilan.
o
Melakukan
improvement dan analisa masalah
1.2.3. Analisa penyebab masalah
o
KASUS
KETIDAKSTABILAN disebabkan oleh faktor pencetus (factor x) yang muncul. Oleh
karena itu untuk menjaga kestabilan proses, perusahaan harus menjaga factor
pencetus tersebut supaya tidak muncul selama proses berlangsung. Misalnya :
keausan pahat, ketika terjadi keausan pahat, proses akan menjadi tidak stabil.
Perusahaan harus melakukan pengendalian sehingga faktor keausan pahat tidak
muncul, misalnya dengan cara melakukan penggantian pahat sebelum pahat tersebut
aus.
o
KASUS
KETIDAKMAMPUAN disebabkan karena
§
Variasi
yang terlalu besar dari salah satu penyebab defect atau
§ Interaksi antar beberapa factor
menyebabkan variasi produk menjadi besar.
Untuk melakukan perbaikan pada kasus
ketidakmampuan : Perkecil variasi dari penyebab defect, misalnya perkecil
variasi antar orang dengan membuat jig/ alat bantu, perkecil variasi metode
kerja dengan membuat standard kerja, perkecil variasi mesin, perkecil
variasi material, dlsbnya.
1.2.4. Acuan sistem kontrol pada proses produksi
bukan berdasarkan acuan spesifikasi produk, tetapi menggunakan acuan kestabilan
proses. Ketika proses menjadi tidak stabil (terjadi abnormality), statistik
akan memberi informasi, sehingga perusahaan bisa melakukan perbaikan
sebelum proses menjadi tambah buruk dan produk keluar spesifikasi.
Selasa, 05 Februari 2013
Stress Dengan Masalah Yang Tidak Kunjung Terselesaikan
Bapak
Stess bingung dengan masalah di perusahaan yang tidak kunjung terselesaikan,
banyak masalah sehingga waktu Bapak Stress habis untuk menyelesaikan masalah
sehari-hari yang timbul tenggelam. Masalah sehari-hari ditambah target
masing-masing departemen yang tidak pernah tercapai, membuat Bapak Stress jadi
tambah frustasi. Berbagai upaya sudah dilakukan termasuk memberi motivasi
hingga menetapkan skema insentif terhadap departemen yang berhasil mencapai
target, melakukan evaluasi pencapaian target dengan frekuensi yang lebih
sering, lebih sering terjun memonitor operational, namun tetap saja
masalah tidak kunjung terselesaikan. Frustasi dengan masalah tersebut, akhirnya
Bapak Stress memutuskan untuk merekruit GM yang diharapkan bisa menyelesaikan
masalah ini. Berikut hasil interview dengan 3 GM yang direkam
1.
GM A,
pengalaman 15 tahun di perusahaan ternama dan juga merupakan salah satu
perusahaan terbaik di Indonesia sejak 30 tahun yang lalu. GM A menyatakan bahwa
problem terjadi karena orang. Di tempat kerjanya sekarang semua orang memiliki
tanggung jawab yang baik, sehingga pekerjaan jadi beres. Solusi mengatasi
masalah ini adalah dia akan melakukan review orang-orang yang ada di perusahaan
dan mengganti orang-orang yang menurut dia tidak bagus. Ketika GM A ditanya apakah
masalah di perusahaan Bapak Stress sama dengan masalah di tempat kerja GM A ?
GM A menyatakan bahwa semua perusahaan masalahnya sama, karena orang, kalau
orangnya bagus perusahaannya juga akan bagus.
2.
GM B,
pengalaman 20 tahun di perusahaan sedang-sedang saja. GM B menyatakan bahwa
masalah di perusahaan biasanya terjadi karena kurangnya kontrol terhadap
pengendalian operational. Seorang GM harus mau turun memantau operational
sehari-hari, jangan hanya duduk di kursi saja. Ketika ditanya apakah dia akan
melakukan perubahan di perusahaan Bapak Stress, GM B menyatakan bahwa perubahan
tidak perlu, yang perlu dilakukan adalah perketat sistem kontrol operational
rutin, dengan di operational yang diperketat, permasalahan akan lebih cepat
ketahuan sehingga masalah akan berkurang.
3.
GM C,
pengalaman 17 tahun di perusahaan besar yang namanya belakangan ini ramai
diperbincangkan karena dianggap berhasil melakukan proses transformasi. GM C
menyatakan yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah mengajak semua orang
untuk melakukan perubahan. Ketika GM C ditanya apa yang akan dirubah ? GM C
menyatakan bahwa hal tersebut sangat tergantung dengan kondisi di perusahaan,
intinya jangan terfokus untuk mengurusi operational sehari-hari, tapi pikirkan
perubahan apa bisa dilakukan untuk menjadi lebih baik. Lebih lanjut Bapak
Stress menyatakan bahwa Perusahaan sebenarnya sudah baik, buktinya perusahaan
tumbuh terus jadi besar. Menurut Bapak Stress yang diperlukan adalah bagaimana
mengendalikan operational perusahaan. Bapak Stress juga takut akan resiko
perubahan. GM C kemudian menyatakan bahwa pengendalian operational bukan
merupakan tanggung jawab Manajemen, tanggung jawab manajemen adalah melakukan
perubahan.
Apa
pendapat Anda mengenai tawaran solusi dari masing-masing GM tersebut ? Anda
boleh setuju, tidak setuju atau mengkritisi pendapat dari masing-masing calon
GM tersebut.
Note
: Cerita tersebut diatas adalah cerita fiktif, jika ada kemiripan itu hanya
merupakan kebetulan saja.
Regards
Imanuel
Iman
Penulis
buku Transforming Organization
Kamis, 03 Januari 2013
ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT – ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN BAGIAN PERTAMA
Environmental
Impact Assessment atau di Indonesia yang diterjemahkan dengan istilah Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) diperkenalkan pertama kali tahun 1969
oleh National Environmental Policy Act di Amerika Serikat, yang untuk selanjutnya
menyebar dan digunakan oleh berbagai negara. Dengan metode kajian yang bersifat
universal, posisi EIA selalu dapat disesuaikan dengan sistem pengendalian
di masing-masing negara yang mengimplementasikannya. Sebelum membahas lebih
mendetail mengenai AMDAL di Indonesia, mari kita lihat beberapa negara selain
Amerika yang biasa menjadi rujukan:
GERMANY
Germany atau
Jerman merupakan salah satu negara di eropa yang sangat memperhatikan mengenai
masalah lingkungan. Berbagai peraturan mulai dari tingkat Eropa (EIA Directive
337/85/EEC, SEA Directive 42/2001/EG) hingga ke Internal negara Jerman (EIA
Act; Federal Mining Act; Federal Regional Planning Act, etc) dikeluarkan untuk
memastikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Secara umum, EIA di Jerman diterapkan
ke dalam 2 tingkatan Assessment:
Environmental
Impact Assessment (EIA)à Evaluasi menyeluruh terhadap project
sebelum dilaksanakan.
Strategic
Environmental Asessment (SEA)àEvaluasi menyeluruh terhadap
usulan kebijakan/rencana/program.
CANADA
Melalui Canadian
Environment Assessment Act (CEAA), Negara ini juga membagi EIA kedalam 2
assessment:
Environmental
Impact Asessment à Evaluasi menyeluruh terhadap project
sebelum dilaksanakan.
Strategic
Environmental Assesment à Evaluasi menyeluruh terhadap usulan
kebijakan/rencana/program
Selain itu
terdapat 2 asessment lagi yang umum di gunakan di kanada, yaitu:
Health Impact
Asessment àMerupakan kombinasi dari prosedur, metode
& tools (Alat) dimana suatu kebijakan; program; projek dianalisis mengenai
pengaruhnya terhadap kesehatan suatu populasi serta cara pendistribusian
pengaruh ini di dalam populasi.
Risk Asessment à Spesifik membahas mengenai pengaruh paparan dari material berbahaya
(Hazardous Material) serta situasi berbahaya (Hazardous Situation) terhadap
kesehatan manusia.
INDONESIA
Regulasi
pemerintah Indonesia telah mengatur secara komprehensif mengenai analisa dampak
lingkungan. UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; PP No. 27/1999
tentang Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) dan lebih dipertegas
lagi oleh PP No. 27/2012 tentang ijin lingkungan, telah mendefinisikan secara
jelas dan gamblang mengenai apa itu AMDAL.
AMDAL adalah
kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Setiap Usaha dan/atau kegiatan diwajibkan
melakukan AMDAL apabila usaha/kegiatan itu menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan dan menimbulkan perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar.
Dampak penting yang dimaksud adalah:
1. Daya
dukung lingkungan (Carrying Capacity)
2. Kebijakan
yang akan terpengaruh rencana usaha dan atau kegiatan
3. Nilai
sosial atau pandangan masyarakat yang akan terpengaruh rencana usaha dan atau
kegiatan.
4. Komponen
lingkungan yang memiliki nilai penting ekologis (ecological importance) yang
akan terpengaruh rencana usaha dan atau kegiatan.
5. Komponen
lingkungan yang memiliki nilai penting ekonomi (economic importance) yang akan
terpengaruh rencana usaha dan atau kegiatan.
6. Adanya
konflik kepentingan
(termasuk tata ruang dan kawasan lindung – protected & spatial planning
significance) akibat rencana usaha dan atau kegiatan
7. Akan
dilampauinya baku mutu lingkungan akibat rencana usaha dan atau kegiatan
8. Terganggunya
ekosistem yang memiliki nilai penting secara scientific (ilmu pengetahuan)
Adapun perubahan fungsi ekosistem (diantaranya: perubahan siklus hidrologi, perubahan komposisi vegetasi, perubahan komposisi satwa), perubahan taraf hidup dan kesempatan kerja (diantaranya: penerimaan tenaga kerja, pengembangan wilayah sebagai akibat adanya usaha/kegiatan baru) merupakan beberapa contoh perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar. Oleh karena perubahan fungsi yang sangat drastis ini, diperlukan kajian AMDAL secara mendalam mengenai layak atau tidaknya suatu usaha/kegiatan untuk dilakukan.
Dari pengertian-pengertian diatas,
dapat diketahui pada akhirnya tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin
suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan
tanpa merusak lingkungan hidup sehingga AMDAL berfungsi sebagai upaya
PENCEGAHAN terjadinya kerusakan lingkungan hidup.
Dengan melalui studi AMDAL,
diharapkan usaha dan atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola
sumber daya alam secara efisien, dapat meminimumkan dampak negatif serta
memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan hidup. Secara umum, badan yang
bertanggung jawab terhadap koordinasi proses pelaksanaan AMDAL adalah BAPEDAL
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).
Untuk
mengukur atau menentukan dampak penting dapat menggunakan beberapa kriteria
dimana kriteria-kriteria ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya:
- Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
- Luas wilayah penyebaran dampak;
- Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
- Banyaknya komponen lingk ungan hidup lain yang akan terkena dampak;
- Sifat kumulatif dampak;
- Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
Adapun
isi dari AMDAL mencakup 5 hal penting, yaitu:
1.
Kerangka
Acuan (KA) sebagai dasar pelaksanaan studi AMDAL. Kerangka Acuan berisikan
ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
2.
Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL); merupakan hasil dari telaahan secara cermat, matang
dan mendalam dari dampak penting suatu rencana usaha/kegiatan.
3.
Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL); merupakan upaya penanganan dampak penting
sebagai akibat dari rencana usaha/kegiatan, yang ditujukan untuk mengurangi
dampak negatif dan meningkatkan dampak positif lingkungan hidup.
4.
Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL); merupakan upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak penting serta digunakan untuk melihat kinerja
pengelolaan yang dilakukan.
5.
Executive
Summary; Merupakan ringkasan dari dokumen ANDAL, RKL & RPL.
Demikian
artikel singkat mengenai AMDAL ini yang merupakan bagian 1 dari 3 artikel yang
akan kami coba susun untuk menambah pengertian kita secara mendalam tentang
AMDAL.
Adapun
bagian 2 akan akan berisikan mengenai prakiraan dan evaluasi dampak pada AMDAL,
sedangkan bagian ke 3 akan berisikan tentang Aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam penilaian AMDAL
Best
Regards
Fedy Gusti Kostiano, ST, M.Sc
Consultant HSE
Sentral Sistem Consulting
-There Is Always Room For
Improvement-
Sentral Sistem Consulting
MTH Square Lt.3A
Jl.MT.Haryono kav.10 No.2
Jakarta Timur 13330
(021)-29067201-03
(021)-29067204
We gladly welcome your comments, please
visit us:
Langganan:
Postingan (Atom)