1. Strategi yang salah
2. Tidak adanya budaya
disiplin dalam melakukan eksekusi.
Seorang business leader merasa bangga karena selama dua minggu penuh ia bersama jajaran atas manajemen telah menghasilkan strategi bisnis yang ciamik dari proses analisis yang sangat mendalam. Mereka bekerja selama dua minggu di sebuah hotel berbintang tujuh di luar kota. Mereka menganggap telah menghasilkan strategi perusahaan yang sangat memukau bagi semua orang termasuk para staff nya di perusahaan.
Selesai
mempresentasikan strategi yang hebat itu, sang business leader mengatakan kalimat berikut ke seluruh staff nya: “Sekarang,
tugas kalian untuk melakukan strategi tersebut. Tugas saya sudah selesai dengan
membuat strategi yang hebat itu. Paham semuanya?” Ia pun langsung meninggalkan
ruang rapat, meninggalkan para staff nya yang saling berpandangan satu sama
lain, mereka kebingungan.
Berkenaan
dengan contoh kasus di atas, dalam bukunya yang berjudul – The Discipline of Getting Things Done - Ram Charan mengatakan: “Execution is a leader’s most important job.
Execution is the major job of a leader and must be the core element of an
organization culture.” Jelas bahwa eksekusi adalah pekerjaan utama seorang
pemimpin bisnis dan eksekusi harus menjadi komponen utama dalam budaya
organisasi.
Saya
sebagai penulis, ingin mengatakan bahwa sehebat apapun strategi yang dibuat
oleh pemimpin, jika tidak didampingi dengan eksekusi, maka strategi tersebut
hanyalah sekadar tulisan belaka.
Sumber :
Iman, Imanuel. 2010. Transforming Organization. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia
Mantap pak artikelnya. Cuma memang bbrp menejer cenderung delegasi total ke bawahan perihal eksekusi strateginya. Bagaimana kita seharusnya ya pak jika kita / saya diposisikan sebagai supervisor?
BalasHapus