Merespond polemik mengenai "Larangan
memasukkan iklan lowongan dalam milist", maka bersama ini kami
menegaskan bahwa kesalahan
terletak pada sistemnya!! Bukan orangnya. Dikarenakan sistem dibuat oleh
kami (Sentral Sistem), maka kami yang harus melakukan tindakan perbaikan.
Pak Hisar Simanjuntak dari PT Pako Group tidak salah. Pak Hisar hanya
menjalankan tugasnya untuk mencari karyawan yang terbaik untuk
perusahaannya. Dan kami berterimakasih kepada Pak Hisar yang telah mempercayai
anggota milist improvement, iso-automotive dan hse-community sebagai salah satu sumber untuk mencari
karyawan yang terbaik. Hal tersebut menandakan bahwa anggota milist ini
merupakan orang-orang pilihan yang dicari oleh perusahaan.
Meninjau polemik kita dari kacamata sistem manajemen, khususnya dalam
teori tindakan perbaikan, baik dalam ISO 9001, ISO 14001 maupun OHSAS 18001,
saya selalu menyatakan "Sama sekali
tidak boleh menyalahkan orang, apapun alasannya !!" Jadi, tidak boleh dalam suatu analisa
disebutkan penyebabnya adalah orang, misalnya operator lupa, operator tidak
mengerti, dll. Kenapa operator lupa? Kenapa operator tidak mengerti? Orang
bisa melakukan kesalahan karena memang sistemnya belum sempurna, sehingga
kesalahan masih mungkin terjadi. Oleh karena itu, orang Jepang
menciptakan sistem Pokayoke (mistake proofing) untuk mengatasi masalah
tersebut. Contohnya :
·
Bapak A sering lupa untuk
mengunci pintu mobil, akibatnya anaknya yang masih kecil bisa membuka
pintu mobil dan tentu saja hal tersebut berbahaya. Jika hal tersebut
terjadi, dan sampai mengakibatkan kecelakaan (maaf ini hanya perumpamaan,
dan mudah-mudahan tidak pernah terjadi), siapa yang harus disalahkan? Jawabannya tidak ada !! Karena Bapak A
tidak bermaksud melakukan hal itu dan itu terjadi karena faktor manusia,
manusia tidak sempurna dan terkadang terjadi human error. Jadi bagaimana
para pembuat mobil menyiasati hal tersebut? Pintu belakang mobil dilengkapi
dengan child lock, sehingga jika Bapak A lupa mengunci pintu, pintu
tetap tidak bisa dibuka dari dalam.
·
Contoh lain, masalah
ketinggalan kartu ATM di mesin. Hal ini sering terjadi karena kelupaan,
karena terburu-buru. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? Urutan proses
transaksi dirubah dari ambil uang dahulu baru ambil kartu, dirubah menjadi
ambil kartu dahulu baru ambil uang. Atau dari ambil bukti dulu baru ambil kartu
dirubah menjadi ambil kartu dahulu baru ambil bukti transaksi. Intinya
proses pengambilan kartu jangan merupakan proses yang terakhir.
·
Contoh lain, tahun lalu terjadi kecelakaan di
lintasan kereta Cipinang. Sipir penjara Cipinang menerobos pintu kereta bersama
kedua anaknya. Akibatnya terjadi kecelakaan dan (maaf) sipir
penjara beserta kedua anaknya meninggal. Lalu siapa yang harus disalahkan?
Sipir penjara tersebut yang menerobis pintu kereta? Jawabannya: TIDAK !! Sipir
penjara menerobos pintu kereta, mungkin karena sedang terburu-buru
dan berpikir masih sempat melewati rel kereta. Lalu apa penyebabnya?
Penyebabnya adalah kelemahan sistem !! Palang pintu hanya menghalangi setengah
jalan, tidak menutup seluruh jalan. Coba kalau palang pintu dibuat seperti
pagar rumah / pabrik, menutup seluruh akses untuk masuk, maka sipir
penjara tersebut tidak akan bisa menerobos pintu kereta.
·
Demikian pula dalam teori safety !! Adalah tabu untuk menyatakan
kesalahan diakibatkan oleh orang. Masih ada kelemahan pada sistem sehingga kecelakaan
bisa terjadi.
Yang lebih bahaya lagi adalah jika sistem
mencari siapa yang salah, sudah terbentuk diperusahaan. Jika sistem di perusahaan terbentuk seperti
itu, maka akan terjadi situasi saling menyalahkan antar karyawan
(mencari siapa yang salah). Semua karyawan juga berusaha untuk menghindar
ketika terjadi masalah, karena tidak mau disalahkan. Saya menemukan kondisi
seperti ini dibeberapa client yang kami tangani, akibatnya banyak masalah yang
ditutupi dan suasana kerja menjadi tidak baik.
Budaya yang harus dibangun diperusahaan adalah : Jangan takut untuk
berbuat salah !! Orang-orang sukses, justru lebih sering berbuat
kesalahan, namun orang sukses tersebut mencoba menganalisa dan memperbaiki diri
sehingga dia menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Ketika atasan kita
menceritakan kesalahan kita, kita seharusnya berterimakasih, karena kita bisa
belajar dari kesalahan tersebut dan memperbaikinya. Jika tidak diinformasikan
maka kita tidak akan memahami kesalahan kita, dan karena tidak mengetahui
kesalahan kita, maka kita tidak bisa memperbaikinya.
Kembali ke
polemik kita mengenai "Larangan untuk
memasukkan iklan lowongan", kesalahan terletak di kami (Sentral
Sistem), karena tidak membuat aturan yang jelas dan mensosialisasikan
permasalahan tersebut ke anggota milist yang baru atau mengingatkannya secara
rutin, misalnya 3 bulan sekali. Email saya sebelumnya "Larangan memasang iklan di
milist" ditujukan kepada semua anggota
milist, sehingga dikemudian hari, tidak ada lagi iklan lowongan di milist. Bukan ditujukan sebagai bentuk teguran terbuka kepada Pak Hisar.
Akhir kata, ada proses belajar yang kita bisa petik dari polemik ini.
Manusia tidak pernah salah, yang salah adalah sistemnya !!! Kecuali untuk kasus
kesalahan yang dilakukan secara sengaja dan sadar, seperti misalnya kasus
pencurian :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar