Salah satu
permasalahan yang
sering terjadi diperusahaan adalah konflik kepentingan antar departemen.
Misalnya kasus keterlambatan delivery atau gangguan di produksi:
·
Versi
Produksi :
o
Proses pengadaan barang lama, sedangkan saya
didesak oleh marketing untuk cepat kirim (order turun dari Marketing
waktunya hanya 14 hari), seharusnya marketing kasih waktu yang cukup karena
proses pengadaan barang butuh waktu yang cukup panjang
·
Versi
Marketing :
o
Yang minta cepat bukan saya tapi Customer, kalau tidak
kita sanggupi nanti Customer order ke tempat lain, Kompetitor yang
lain sanggup mengirim dalam waktu 10 hari
·
Versi
Pengadaan :
o
Mintanya
juga mendadak, jadi jangan salahin Purchasing dong. Kita sudah berusaha
melakukan yang terbaik, tapi supplier juga perlu waktu untuk mengadakan barang,
tidak bisa minta hari ini datang besok.
o
Belum
lagi proses persetujuan PO yang membutuhkan waktu untuk mencari pembanding,
harus approval manajemen lebih dahulu sedangkan manajemen juga kadang
tidak ada ditempat.
·
Versi
Manajemen :
o
Pusing
saya sama staff disini, masa saya yang harus mengurusi masalah-masalah kecil,
semuanya harus saya yang handle.
Semuanya
melihat dari kacamata masing-masing. Menanggapi eksternal yang menjadi masalah, “Orang
lain” bekerja kurang baik, akibatnya “Saya menjadi korban”. Kondisi
ini terus terjadi hingga akhirnya suasana kerja menjadi tidak nyaman. Kalaupun
kita memiliki thermometer yang bisa mengukur suhu di perusahaan, mungin suhu di
perusahaan bisa mencapai 40 0 C.
Kondisi
seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan cara duduk sama-sama, melepas jubah
departemen, jubah section untuk menyusun proses bisnis berdasarkan
kacamata perusahaan. Dengan menyusun proses bisnis tidak berdasarkan
kacamata departemen, tetapi berdasarkan kacamata perusahaan, semua
melihat dari angle (sudut) yang sama.
Seperti
ilustrasi gambar sebagai berikut : satu gambar bisa dilihat dengan intepretasi
yang berbeda (kedua pasangan ini bisa terlihat muda atau tua), tergantung kita
melihatnya dari sudut/ kacamata yang mana
atau
salam Transforming,
Imanuel Iman
@imanueliman_ssc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar