Kamis, 24 Mei 2012

[quality-technique] Validasi tool (Mold, Dies, Jig) dan Mesin


Pada saat kita membuat atau membeli tool dan/ atau mesin, sering muncul pertanyaan, apakah benar tool dan/ atau mesin yang kita buat atau beli, sudah mampu memenuhi kebutuhan produksi kita secara masal ?? Artinya mesin dan/ atau tool yang kita buat atau beli tidak hanya bagus pada saat pembuatan sample, atau bagus pada saat trial dalam jumlah jumlah yang sedikit, namun juga mampu memproduksi produk sesuai tuntutan spesifikasi dalam jumlah yang banyak atau dalam skala produksi masal.
 Misalnya
þ  Mesin CNC yang kita beli dikatakan memiliki kepresisian 0,01 mm. Benarkah mesin tersebut memiliki kepresisian sesuai spesifikasi yang tertera dalam manual mesin ? bagaimana kita membuktikan bahwa mesin yang kita beli memang memiliki tingkat kepresisian sesuai yang tertera pada buku manual ?
þ  Dies atau mold. Benarkah dies yang kita buat atau beli telah mampu menghasilkan produk sesuai tuntutan toleransi produk ? Bagaimana membuktikan bahwa dies atau mold yang kita buat atau beli memang mampu digunakan dan menghasilkan produk sesuai tuntutan spesifikasi yang kita butuhkan ?

Approval Sample tidak cukup sebagai acuan approval tool dan/ atau mesin

Seringkali approval sample dijadikan acuan standard bagi approval tooling dan/atau mesin. Jika sample sudah sesuai spesifikasi produk, maka dikatakan tooling dan/ atau mesin yang kita buat atau beli sudah sesuai. Akan tetapi sebenarnya approval sample belumlah cukup. Pelajari ilustrasi sebagai berikut:
þ  Kita membuat/ membeli mesin dengan kepresisian 0,01 karena tuntutan spesifikasi produk kita adalah ± 0,5.
þ  Setelah mesin terpasang, kemudian kita melakukan trial mesin.
1.       Misalnya kita ingin membuat produk dengan ukuran 30 ± 0,5.
2.       Sample hasil produksi kita ukur, dan hasilnya 30,01.
3.       Karena mesin  menghasilkan produk dengan penyimpangan 0,01 mm, maka kita katakan mesin sudah OK, sesuai dengan spesifikasi kepresisian mesin.
þ  Akan tetapi benarkah mesin tersebut secara produksi masal akan selalu menghasilkan penyimpangan maksimal 0,01 mm ? Untuk itu kita perlu melakukan validasi mesin.
1.       Misalnya kita melakukan produksi masal sebanyak 100 pc
2.       Kemudian hasilnya kita ukur. Hasil pengukuran adalah sebagai berikut 30,01/ 30/ 30, 005/ 29,995/ 30/ 30,005/ 30, 015, dst .......
3.       Ternyata output produksi memiliki variasi antara 29,995 s/d 30,015 atau memiliki lebar variasi sebesar 0,02 (30,015 dikurangi 29,995)
4.       Variasi mesin 0,02 sedangkan spesifikasi dari manual mesin menyatakan kepresisian mesin 0,01. Hal ini menandakan bahwa mesin masih belum mampu memenuhi standard spesifikasi sesuai yang tertera dalam manual mesin
þ  Ternyata jika kita memproduksi suatu part dalam jumlah yang relatif cukup, maka kita akan mendapatkan hasil yang tidak selalu sama, terdapat variasi hasil produksi, seperti yang digambarkan dalam ilustrasi sebagai berikut


Validasi Tool dan/ Atau Mesin


Belajar dari permasalahan tersebut diatas, maka kita perlu melakukan validasi tool dan/ atau mesin untuk memproteksi timbulnya masalah pada saat produksi masal. 

Validasi tool dan/ atau mesin
  • Bertujuan untuk memastikan kemampuan tool dan/ atau mesin dalam menghasilkan produk dengan variasi yang kecil sesuai standard spesifikasi mesin dan/ atau tools yang diharapkan.
  • Membandingkan ”Aktual variasi output hasil produksi” dengan ”Tuntutan spesifikasi produk”
 Berikut penjelasan tentang validasi tool dan/ atau mesin :
þ  Variasi hasil produksi kita peroleh berdasarkan aktual hasil produksi. Kita dapat mengukur variasi output produksi dengan menghitung besar variasi menggunakan acuan 6 σ ( 6 standard deviasi)
þ  Sedangkan spesifikasi kita bisa peroleh berdasarkan 
o   Tingkat kepresisian mesin. Misalnya spesifikasi mesin menurut manual mesin adalah 0,01 mm, maka spesifikasi yang menjadi acuan kita adalah 0,01 mm.
o   Untuk acuan validasi mold/ dies/ jig, maka spesifikasi produk bisa menjadi acuan spesifikasi kita. Misalnya Customer mengharapkan dies mampu menghasilkan produk dengan dimensi 30 ± 0,05, maka ukuran tersebut akan menjadi acuan spesifikasi.
þ  Langkah selanjutnya adalah membandingkan variasi hasil proses produksi  dengan tuntutan spesifikasi, seperti ilustrasi sebagai berikut:







Case Study Approval Tooling
Note : case study diambil berdasarkan kasus real, berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan tindakan perbaikan terhadap customer claim disalah satu perusahaan.

Sebuah perusahaan komponen automotive ingin membuat produk seperti ilustrasi gambar sebagai berikut : 





Salah satu ukuran penting pada produk tersebut adalah jarak 175. Jika dimensi 175 melebihi spesifikasi, produk tidak bisa dipasang. Permasalahan pada proses ini adalah: 
·         Dimensi 175 yang sebelumnya sudah OK, bisa menjadi keluar spesifikasi akibat adanya tarikan welding.
·         Dan untuk mengatasi permasalahan ini dibuatkan pelat penahan jarak 175 untuk mengatasi dampak tarikan las, seperti ilustrasi berikut






Trial produksi dilakukan, dan didapatkan 3 sample dengan hasil ukuran  174,7/ 175/ 174,9. Berdasarkan hasil tersebut, maka tooling dinyatakan OK dan proses produksi masal bisa dilakukan.

Walaupun sample sudah OK, dan tooling sudah diaprove, namun ternyata masih terdapat beberapa claim dari customer: ”Produk tidak bisa dipasang, ukuran 175 out of spec”. Lalu apa yang salah dengan metode atau sistem ini, sehingga masih terdapat beberapa customer claim ??

Seperti penjelasan teori sebelumnya, approval sample belumlah cukup, kita perlu melakukan validasi tooling. Ternyata hasil Validasi tooling menunjukkan informasi sebagai berikut : 





 Dari hasil validasi didapat suatu kesimpulan sebagai berikut:
  • Lebar variasi produksi sudah relatif kecil
  • Namun posisi variasi memiliki kecenderungan berada di spesifikasi atas, bahkan ada beberapa produk yang keluar spesifikasi (produk yang akhirnya diclaim oleh customer)
  • Dari hasil uji statistik diketahui ukuran jarak penahan seharusnya lebih kecil dari 175 atau tepatnya 174,84 (angka 174,84 diperoleh melalui proses perhitungan statistik)
  • Uji statistik bisa membantu kita dalam membuat keputusan secara lebih tepat dan mengurangi jumlah trial error pada saat pembuatan tooling.

Kesimpulan

Dengan memahami konsep validasi mesin/ tooling, maka langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa mesin/ dies/ mold/ jig yang kita buat atau beli, ”Secara produksi masal telah mampu memenuhi tuntutan spesifikasi yang kita harapkan”, sehingga produksi masal bisa berjalan dengan sedikit masalah/ hambatan.

” MERUBAH SISTEM APPROVAL MESIN/ MOLD/ DIES/ JIG DARI METODE APPROVAL SAMPLE MENJADI METODE VALIDASI MESIN/ MOLD/ DIES/ JIG ” 

Jika perlu, masukkan persyaratan tersebut kedalam
  • Perrsyaratan approval tooling di departemen engineering.
  • Dan tambahkan pasal ”Validasi tooling dan/ atau mesin” pada kontrak agreement dengan supplier. 


regards,

Imanuel Iman
@imanueliman_ssc

Senin, 21 Mei 2012

"MENTAL BLOK" adalah Penghalang Proses Improvement





Semoga bisa memberikan inspirasi bagi Anda

Selasa, 15 Mei 2012

Fokus Manajemen di PLAN dan Check


For sharing :

Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari seringkali kita terjebak dalam pekerjaan rutin, fokus pada DO :
·         Mengerjakan aktifitas sehari-hari yang walaupun aktifitas tersebut muter-muter (tidak efisien) terpaksa kita lakukan karena belum ada alternative lain
·         Mengatasi kebakaran (masalah) yang muncul hari ini, karena jika tidak ditangani, kebakaran (masalah) tersebut akan menjadi lebih besar lagi
·         Meeting dengan customer, dengan departemen lain, dengan bos, dengan supplier
·         Dll
Waktu kita tersedot di pekerjaan rutin (DO), demikian seterusnya.
Sebagai pemimpin, baik di level pimpinan paling bawah (leader), menengah (manager) hingga pimpinan paling atas (DIrektur), seharusnya kita jangan terjebak di DO. Biarkan pekerjaan DO dilakukan oleh staff kita, yang memang kita fokuskan untuk meng-eksekusi pekerjaan.
 PIMPINAN SEHARUSNYA LEBIH FOKUS KE PLAN DAN CHECK.
·         PLAN : Evaluasi kelemahan pada departemen atau perusahaan kita, dan rencanakan ide kreatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan atau membuat kerja kita menjadi lebih efektif. Misalnya :
a.      Permasalahan perusahaan : kredit macet yang tinggi, pikirkan ide kreatif untuk menghilangkan atau mengurangi permasalahan tersebut. Misalnya dengan cara melakukan perbaikan kontrak dan melakukan evaluasi kondite Customer pada proses penjualan. Customer baru atau yang memiliki track record tidak baik diminta untuk membayar dimuka, atau dengan sistem COD (Cash on Delivery) atau metode pembayaran lainnya.
b.      Permasalahan anak buah kita : kemampuan anak buah kurang baik, sehingga kurang bisa diandalkan. Buat rencana ide kreatif untuk mengatasi permasalahan tersebut, misalnya : meluangkan waktu untuk mengajarkan anak buah atau mengirim anak buah untuk ikut training atau melakukan pergantian anak buah jika dirasa anak buah sudah tidak bisa diperbaiki. 
Akan ada banyak ide kreatif : puluhan, ratusan bahkan ribuan ide kreatif yang bisa kita rencanakan untuk membuat kerja kita menjadi lebih efektif. Ingat Manusia itu memiliki ide yang tidak terbatas.  Yang diperlukan hanyalah “Meluangkan waktu” untuk mencari ide kreatif.
Namun sering kali terjadi waktu kita habis di DO, sehingga tidak ada waktu untuk menyusun Plan, memikirkan ide kreatif untuk membuat kerja kita menjadi lebih efektif. 
·         Serahkan pekerjaan kita kepada pelaksana aktifitas rutin. Jangan menghabiskan waktu kita di pelaksanaan (DO). INGAT TUGAS PEMIMPIN ADALAH PLAN DAN CHECK

·         CHECK. Memeriksa apakah plan kita sudah berjalan sesuai rencana ? jika belum maka lakukan perbaikan terhadap rencana. Banyak pemimpin yang enggan meluangkan waktunya untuk melakukan Check atau berpikir bahwa anak buah kita sudah mandiri dan tidak perlu lagi di check. Paradigma berpikir seperti itu adalah paradigm yang salah. Pelajari ilustrasi berikut

a.      Case 1 : Plan tidak dikerjakan

b.      Case 2 : Plan dikerjakan dengan salah

           



Kembali ke cerita tersebut diatas, Apakah dengan menerapkan konsep bahwa Pemimpin harus melakukan tugas Plan dan Check hal ini akan menambah beban kerja sang Pemimpin ?? Tentu saja seharusnya tidak. Yang perlu dilakukan adalah MEMINDAHKAN WAKTU SANG PEMIMPIN DARI DO BERALIH KE AKTIFITAS PLAN DAN CHECK.  Dalam jangka panjang setelah turbulensi (permasalahan pada perusahaan) sudah banyak berkurang, sudah terbentuk budaya yang baik,  sang PEMIMPIN bisa mempunyai banyak waktu untuk jalan-jalan J

Pilihan berada ditangan anda ?
1.      Tetap fokus di DO dan terus menerus berkubang dalam benang kusut permasalahan di perusahaan ?
2.      Atau beralih dari fokus ke DO menjadi fokus ke Plan dan Check. 

Semoga bisa memberikan pencerahan. 
Regards

Imanuel Iman
Managing Partner Sentral Sistem Consulting
Penulis buku “Transforming Organization”