Selasa, 12 Agustus 2014

Keterkaitan Sistem dengan Kinerja





Kita mungkin pernah mendengar komentar beberapa orang bahwa
·         Sistem tidak terkait dengan kinerja, bisa saja perusahaan sudah memiliki sistem yang baik, tetapi kinerjanya masih kurang baik.

Pernyataan tersebut bisa muncul karena Melihat realita bahwa ada perusahaan yang mungkin sudah mendapatkan ISO 9001 tapi kinerjanya masih tetap kurang bagus, atau karena selama pelaksanaan sistem: fokus orang masih di tataran penyusunan prosedur, instruksi kerja, dokumen lainnya

Akibatnya sering terjadi semacam 2 ruangan di dalam perusahaan :
1.  Ruangan Sistem (pedoman, aturan dalam menjalankan operational). Ruangan sistem seringkali menjadi domainnya pelaksana sistem (operational)
2.    Dan Ruangan Kinerja (Target, SWOT, strategi untuk mencapai target, evaluasi pencapaian target). Ruangan kinerja menjadi domainnya Owner, Top Manajemen

Karena ada 2 sekat yang tidak terhubung dengan baik, akibatnya timbul pula 2 kepentingan.
·     Top Manajemen merasa bahwa urusan sistem adalah urusan orang operational, sedangkan urusan Top Manajemen adalah urusan kinerja
·     Sedangkan orang operational melihat bahwa Top Management tidak memiliki komitmen yang baik terhadap sistem

Untuk mengatasi masalah ini: Tembok pemisah antara sistem vs kinerja harus dirubuhkan, harus dibuat keterkaitan yang jelas antara sistem vs kinerja.
·      Bahwa Kinerja adalah tujuan akhir dari sistem. Ukuran efektifitas sistem adalah kinerja. Mencapai kinerja melalui penerapan sistem yang baik.
Ketika ada masalah dengan kinerja, kita harus melakukan evaluasi kelemahan sistem. Bahwa masalah bisa terjadi karena adanya kelemahan sistem, sehingga sistem perlu diperbaiki.



















Senin, 04 Agustus 2014

Warisan CEO



Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada Eksekutif terbaiknya.

Untuk itu ia memanggil seluruh Eksekutifnya, memberikan masing-masing sebutir Benih di tangannya dan berkata, “Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini.

Seorang karyawan bernama Jono pulang kerumah, setiap hari disiraminya dengan air dan diberi pupuk yang terbaik.

Setelah 6 bulan, di kantor, para Eksekutif saling membicarakan tanaman mereka sedangkan Jono melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya. Ia merasa gagal, tapi ia tetap tekun menyirami bibit tersebut dan memberikan pupuk terbaik untuk bibit tersebut.

Setelah 1 tahun, seluruh Eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Jono berkata pada istrinya bahwa ia tidak akan membawa pot yang kosong, namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Jono menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR. Memasuki ruangan meeting, Jono membawa sebuah pot kosong.

Seluruh mata memandangnya dengan kasihan. Ketika sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti di depan Jono yang tertunduk malu.

Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya. Ketika Jono selesai bicara, Sang CEO berkata “BERIKAN TEPUK TANGAN YANG MERIAH UNTUK JONO, CEO TERBARU KITA !!”

Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian semua, sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Jono, dia mau berkata yang sebenarnya terjadi.”

Pesan Moral
·         Kita jangan takut untuk menceritakan berita buruk (masalah), karena takut mendapatkan kesan “TIDAK PERFORM”, atau “TAKUT DIMARAHI”. Pemimpin akan lebih menghargai pernyataan jujur daripada pernyataan “Asal Bapak Senang”.
·         Seorang Pemimpin perlu merasa senang mendengar berita buruk (masalah), menghargai karyawan yang mau menceritakan masalah,  karena berita buruk pada umumnya benar, dan mendorong karyawan untuk tidak “MENYEMBUNYIKAN MASALAH.
Berita buruk adalah masa lalu, kita tidak bisa merubah masa lalu, tapi bisa MENCIPTAKAN MASA DEPAN”. 

  
Regards

Imanuel Iman
Re-engineering Mindset