Senin, 23 Maret 2015

GAGAL PAHAM?!

 

Terkadang sadar atau tidak disadari, budaya kita mengajarkan budaya sopan santun. Budaya yang bagus untuk ditiru karena kita memang perlu memiliki sopan santun dalam keluarga maupun dalam pergaulan.

Namun sering kali terjadi plesetan pemahaman akan budaya sopan santun terutama dalam hal “menegur orang yang salah”. Akibat penempatan pemahaman yang keliru, sering kali secara sadar atau tidak sadar kita jadi pindah fokus dari ISI TEGURAN ke CARA MENEGUR.   

Joni menegur Badu yang main games selama jam kantor, tidak terima dengan teguran tersebut Badu kemudian marah, sehingga terjadi keributan di kantor. Soni Manager perusahaan kemudian memanggil kedua orang tersebut. Badu mengakui bahwa dia salah, namun dia tidak suka dengan cara menegur Joni. “Saya tahu saya salah, tapi Joni kan bisa bicara baik-baik. Cara menegurnya tidak sopan!!”. Lalu bagaimana reaksi Soni? 

1.  Menegur Joni untuk bisa lebih baik dalam hal penyampaian, sehingga orang yang ditegur tidak merasa tersinggung?
2.   Atau menekankan pada “ISI” daripada “CARA” ke Badu ?

Soni     : “Badu Kamu kenapa Ribut?”

Badu    : “Saya tahu saya salah Pak, tapi cara menyampaikannya tidak boleh begitu”

Soni     : “Saya tanya ke kamu, kenapa ribut?”

Badu    : “Iya Pak, saya tahu saya salah, tapi Joni kan bisa menyampaikannya dengan baik-baik”

Soni     : “Saya ulang ya, kenapa kamu ribut?”

Badu    : “Kan tadi saya sudah bilang pak. saya ngaku salah, tapi karena Joni menegur tidak sopan,
              saya jadi tersinggung.”

Soni     : “Maaf ya, saya tanya kenapa kamu ribut, tetapi kamu fokus ke “cara” menegur yang
             menurut kamu tidak sopan. Tidak sopan itu relatif, versi kamu tidak sopan, tapi versi Joni
 itu biasa. Kamu seharusnya tidak fokus ke cara, kamu seharusnya lebih fokus ke “ISI”.
 Ketika kamu fokus ke “ISI”, maka kamu akan berpikiran lebih jernih. Teguran adalah suatu
 inputan untuk membuat orang menjadi lebih baik.” 

Sadar tidak disadari seringkali kita sendiri mengalami “Gagal Paham”, untuk lebih fokus ke “CARA” daripada “ISI”. Sehingga kita terpancing untuk lebih fokus mengkritisi orang yang menyampaikannya dengan “Cara” yang kita anggap tidak sopan daripada “ISI”-nya. 

Menurut saya sebaiknya kita perlu lebih fokus mendidik orang, menciptakan budaya yang lebih fokus pada “ISI” daripada “Cara”, supaya tidak terjadi “Gagal Paham”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar