Kamis, 27 Maret 2014

Belajar Menerima Kritik

Belajar Menerima Kritik

Adalah sifat alamiah manusia tidak senang ketika menerima kritikan atau menerima teguran. Sering kali secara tidak sadar kita malah beralih dari seharusnya fokus ke “isi kritikan”; berbalik fokus ke mencari pembenaran (seolah kritikan tersebut tidak tepat). Banyak sekali contoh keseharian yang kita temukan baik mendengar curhatan teman atau contoh kita sendiri yang sebal ketika kita dikritik. Saya pribadi,  walaupun sering mengajarkan atau sharing mengenai hal ini, kenyataannya masih sering merasa kesal ketika mendapat kritikan. Secara tidak sadar sering lari dari fokus “isi” ke fokus mencari pembenaran. Namanya juga manusia (alasan klasik ya ? J), tapi sebagai Manusia kita harus terus belajar untuk menjadi lebih baik, lebih bermakna.  Berikut beberapa contoh aktual terkait topic ini :

·         Obrolan makan siang: masalah kritik kualitas dari Customer:  “Kemarin PT A complain keras ke kita, padahal masalah tersebut cuma masalah kecil. Biasanya yang datang Bapak Baik, sekarang yang datang Bapak Judes. Kalau sama Bapak Baik masalah ini mah tidak dipermasalahkan. Si Bapak Judes aja yang lebay”.

o   Note : Sebenarnya memang ada masalah kualitas. Seharusnya kita berterimakasih karena diberikan inputan, namun secara tidak sadar kita jadi pindah fokus ke Si Bapak Judes yang kita anggap lebay. 

·         Customer complain ke Sentral Sitem. Pada saat sedang mengobrol santai, muncul obrolan sebagai berikut “Si Ibu Cerewet kalau complain lancar banget …, padahal dia juga banyak masalah. Harusnya ngga cuma complain tetapi dia juga mau melakukan koreksi diri”.

o   Note : Apa hubungannya karakter Ibu Cerewet dengan masalah yang dia complain ?  apakah jika si Ibu cerewet tidak benar, lalu kita juga boleh ikut menjadi tidak benar ? 

·         Curhatan orang. “Doraemon bisanya marah aja, coba deh suruh dia yang kerjain, belum tentu juga dia bisa …., kita test aja yo…, kita suruh dia mengerjakan dan kita lihat hasilnya”

o   Note : Kenyataannya memang produknya bermasalah, lalu kenapa kita jadi mau mengetes di Doraemon ? Ini kan bukan ajang kontes adu ilmu. Kenapa kita tidak fokus untuk menyelesaikan masalah ? 

·         Kejadian ribut di salah satu perusahaan, salah satu personal katakanlah Bapak Suka Games, main games di jam kantor, kemudian ditegur sama temannya hingga terjadi keributan.

o   Bos : Kenapa kamu ribut ?

o   Bapak Suka Games : Iya Pak, saya mengerti saya sebenarnya salah, tapi cara dia negur ngga benar, saya dibilangin malas. Padahal saya kan baru main games sebentar.

o   Bos : Jadi kamu salah dunk

o   Bapak Suka Games : Iya Pak, tapi dia kan bisa menegur saya dengan cara yang baik

o   Bos : kamu salah ngga ?

o   Bapak Suka Games : Kan tadi saya sudah bilang Pak, kalau saya mengaku salah. Cuma si A itu juga perlu dikasih tahu supaya bisa menegur orang dengan cara yang sopan. Kalau dia menegurnya enak, saya juga ngga akan ribut

o   Bos : Saya kan bertanya kamu salah ngga ? Saya kan ngga nanya cara si A menegur. Kalau kamu ngga main games, teman kamu bakalan negur ngga ? Jangan fokus ke cara kritiknya, tapi fokus ke isi-nya.

·         Debat politik :

o   Presenter : “Kader partai Anda banyak yang kena kasus korupsi, Bagaimana tanggapan Anda ?”

o   Partai Ngga Masalah : “Saya memiliki data yang akurat mengenai data jumlah kader partai yang terkena kasus korupsi. Kalau dilihat, Partai kami tidak termasuk partai yang besar angka korupsi kadernya. Ada partai lain yang lebih besar angka korupsinya. Kenapa kok kami yang dikritisi ?”

o   Note : Apa kaitannya dengan jumlah korupsi di partai lain ? kalau partai lain juga korupsi, lalu apakah Partai Ngga Masalah juga boleh korupsi ??   

Contoh tersebut adalah contoh keseharian yang sering kita dengar, secara tidak disadari kita sering merasa tidak nyaman ketika dikritisi, kemudian berargumen untuk mencari pembenaran, atau dalam kadar yang lebih rendah, “Saya ngga sejelek itu kok”. Memangnya si pengkritik bilang kamu jelek ya ? J

 

Lalu bagaimana triknya supaya kita bisa senang menerima kritik ?? Berikut alternative trik yang mungkin bisa membantu :

·         Rubah pola pikir Anda.

o   Tanamkan pola pikir “Kalau kita sempurna, tidak akan ada celah untuk dikritik, jadi kritik itu benar adanya, tidak ada asap jika tidak ada api”

o   Pikirkan Anda sedang bermain games, “kritik adalah tantangan games Anda”, bila Anda berhasil menerima kritik dan melakukan perbaikan maka Anda berhasil naik level. Untuk tahap Awal, targetkan untuk bisa sampai ke level 3. Level 3 adalah level terberat untuk dilalui. Setelah Anda berhasil melewati level 3, langkah selanjutnya relative lebih mudah karena Anda sudah menjadi lebih open mind J

·         Langkah awal, diam saja ketika mendapatkan kritik yang menyesakkan (note : Diam hanya saat Anda mendapat kritik pedas, bukan saat diskusi atau tukar pendapat), supaya kita tidak terpancing menggunakan emosi (bukan logika) untuk berargumen. Awalnya terasa sesak, tapi itu adalah proses belajar menerima. Jika kita merasa ada mis-komunikasi, ada pemahaman yang keliru dari pengkritik, bukan saat itu Anda berargumen. Kenapa ??

o   Saat itu pengkritik sedang dalam kondisi mengurui, lebih banyak menggunakan bahasa “dia”. Jika Anda berargumen, pada umumnya pengkritik akan beranggapan Anda itu ngeyel, tidak open mind.

o   Saat itu mungkin emosi Anda sedang naik, jadi omongan Anda bisa keluar tanpa terkontrol.

o   Diam adalah cara terbaik untuk meredam kritikan.

Jika ternyata Anda benar, Anda bisa menyusun sanggahan setelah Anda berada dalam kondisi berpikir secara logika dan menyampaikannya nanti saat pengkritik juga sedang dalam kondisi berpikir secara logika. Jika Anda tidak biasa bicara, Anda bisa menyanggahnya dalam bentuk tulisan.

 

Namun sering juga yang terjadi malah sebaliknya, Anda bersyukur saat itu tidak ber-argumen karena ternyata Anda memang masih memiliki kekurangan. Pendapat si pengkritik memang beda dengan saya, tapi si Pengkritik ada juga benarnya. Dan kalau kita ikuti, maka keahlian kita akan menjadi semakin lengkap, kita menjadi semakin sempurna. Kritikan tersebut menjadi Games tantangan, dan kita harus menyelesaikan games tersebut untuk bisa naik 1 level J     

 

Jika Anda telah berhasil melewati 1 level, sharing dengan teman untuk berbagi kemenangan, dan Anda akan semakin bersemangat untuk menerima kritik sebagai batu loncatan untuk membuat Anda menjadi manusia yang lebih sempurna J Sharing juga di milist Sentral Sistem, Anda akan mendapat souvenir menarik dari Kami atas kesediaan Anda untuk berbagi J

 

Salam

Imanuel Iman

Satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah,

untuk menjadi lebih baik adalah MELALUI PERUBAHAN

Dan dimulai dari SAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar