Selasa, 04 Desember 2012

“So What Gitu Loh ?? ”



Dalam salah satu diskusi saya dengan salah satu konsultan pada saat mereview materi training, tercetus argumentasi keras menkritisi konsep materi yang saya usulkan. “Maaf Pak, menurut beberapa referensi yang saya baca, konsepnya tidak seperti itu.” Mendapat jawaban argumentasi seperti itu saya sempat terhenyak dan berpikir sejenak, menjadi ragu akan konsep yang saya ajukan. Apakah konsep saya memang salah ?
Kemudian saya mengajak konsultan tersebut untuk membedah konsep saya secara aplikasi, membedah perbedaan konsep yang sudah ada dengan konsep yang saya ajukan dan hasil akhirnya kami setuju untuk menggunakan konsep yang saya ajukan.
Belajar dari pengalaman tersebut, juga pengalaman dalam menghadapi client untuk program improvement, saya menemukan satu petunjuk penting yang seringkali menjadi hambatan pada perusahaan, “Terkukung dengan tradisi, asumsi, teori, pengalaman yang biasa mereka gunakan”. Tradisi, asumsi, teori, pengalaman seringkali membatasi pola pikir kita untuk berkreasi, membatasi ruang berpikir kita. Seharusnya pola pikir kita tidak boleh dibatasi dengan tradisi, asumsi, teori pengalaman yang sudah ada. Mungkin saja teori sebelumnya memang kurang akurat atau kita menemukan suatu teori baru yang lebih optimal. Ambilah contoh teori tentang bumi itu datar. Jika kita terkukung dengan teori bahwa bumi itu datar, sampai sekarang kita tentunya masih percaya bahwa bumi itu datar.   Teori seharusnya menjadi suatu referensi bukan menjadi suatu kepercayaan yang dipegang teguh seperti layaknya suatu Kitab Suci.
Berangkat dari pengalaman inilah, ketika berargumen dengan orang lain, dan orang tersebut menggunakan alasan teori, alasan asumsi, pengalaman, kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun, maka saya akan mengatakan “So What Gitu Loh ?? ”.
Bukan untuk bersombong diri, tetapi untuk mengajak kita semua untuk berpikir kreatif seluas-luasnya tanpa batasan, berpikir out of the box.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar