Selasa, 18 Desember 2012

Solusi mengatasi kemacetan Jakarta



Mengacu pada beberapa diskusi masalah kemacetan Jakarta, Hampir semua orang menyatakan solusinya adalah pembatasan kendaraan dan menambah jalan untuk bisa meningkatkan daya tampung kendaraan.

Secara teori solusi  tersebut benar, namun apakah solusi tersebut berlaku untuk segala  jenis kemacetan ? Menurut saya solusi tersebut adalah solusi yang terlalu general. Tidak perlu menjadi seorang ahli untuk bisa memberikan solusi seperti ini.

Salah satu kelemahan yang sering terjadi dalam menyelesaikan suatu masalah, adalah menggeneralisasi masalah. Seolah semua masalah adalah sama. Misalnya masalah kemacetan disemua area di Jakarta, seolah terjadi karena penyebab yang sama. Akibat kita melihat suatu masalah secara general, maka analisis yang kita lakukanpun menjadi general.

Untuk bisa melihat masalah dengan lebih tepat (akurat), untuk bisa menemukan solusi yang sesuai dengan karakteristik masalah yang berbeda, kita perlu memecah-mecah masalah general tersebut kedalam masalah yang lebih spesifik, yang memiliki karakteristik masalah yang mungkin berbeda . Misalnya :
·         Ada masalah kemacetan karena antrian di pintu tol,
·         Ada masalah kemacetan karena jalan yang menyempit,
·         Ada masalah kemacetan karena tidak ada alternative jalan lain sehingga semua melewati jalan tersebut,
·         dan berbagai masalah spesifik lainnya.     

Dengan dipecah-pecah menjadi masalah yang spesifik, maka fokus analisa kita bisa menjadi lebih tajam, sehingga kita bisa lebih tepat dalam menetapkan solusi sesuai karakteristik masalah pada masing-masing kasus. 

Berikut ini contoh analisa masalah kemacetan yang saya pecah-pecah berdasarkan permasalahan spesifik untuk bisa memberikan solusi yang sesuai :

1.    Masalah spesifik kemacetan yang terjadi di pintu tol yang dibuka setelah lampu merah. Kemacetan terjadi akibat sumbatan dari mobil yang mau masuk pintu tol. Ada beberapa sumber arus kendaraan (3 sumber arus jalan) yang mau masuk pintu tol, ditambah lagi keruwetan karena adanya saling silang antara mobil yang mau masuk tol versus mobil yang tidak mau masuk tol. Kondisi ini mengakibatkan terjadi sumbatan yang cukup parah dan mengakibatkan kemacetan pada titik tersebut. Contoh kemacetan ini adalah kemacetan yang terjadi di pintu tol tebet dari arah semanggi. Pembuatan jembatan layang kurang efektif karena sumbatan justru terjadi karena pintu tol setelah lampu merah, bukan karena lampu merah. Hal yang sama terjadi di pintu tol rawamangun dari arah priuk.  Untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan membuka sumbatan kemacetan dengan cara menutup pintu tol setelah lampu merah. Jika ingin masuk tol, silahkan masuk ke gerbang berikutnya.
2.    Masalah spesifik kemacetan karena jakarta dijadikan area "numpang lewat". Misalnya dari tangerang ingin ke bekasi, karena design jalan tol yang melewati jakarta, maka saya menggunakan tol ini hanya untuk numpang lewat, akibatnya terjadi penumpukan kendaraan. Sebenarnya sudah ada solusi untuk masalah ini, yaitu dengan mempercepat proses pembangunan jalan tol outer ring road, sehingga jakarta tidak dijadikan tempat "numpang lewat" dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
3.    Masalah spesifik kemacetan di Jalan tol cikampek salah satu penyebabnya akibat ditutupnya kereta Jakarta-Bandung, Bandung-Jakarta. Dengan alasan rugi maka PT KAI menutup kereta jurusan tersebut. Akibatnya orang tidak punya alternative lain untuk ke Bandung. Bermunculan pula  kendaraan penumpang untuk mengangkut penumpang dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya. Seandainya kereta tetap dibuka, dan dibuat nyaman plus diberikan subsidi sehingga biaya transportasi Jakarta Bandung dengan kereta menjadi jauh lebih nyaman dan murah, maka secara hukum ekonomi mobil penumpang akan berkurang. Demikian pula kendaraan umum dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya.
4.    Masalah spesifik penyumbatan di keluaran tol. Tol tersumbat karena mobil yang keluar terhambat. Contoh kasus ini adalah tol dalam kota keluaran mampang dari arah cawang, yang berdampak kemacetan hingga tol cikampek. Sumbatan terjadi di mampang, namun setelah melewati mampang mobil bisa jalan dengan sangat lancar. Jika kita bisa buka sumbatan ini, maka kemacetan akan bisa dikurangi. Kalau kita perhatikan kenapa banyak yang ingin keluar di daerah mampang, hal itu terjadi karena mereka menghindari 3 in 1. Jika 3 in 1 ditiadakan, maka mungkin sumbatan ini akan hilang sehingga kemacetan bisa dikurangi. Lagipula apa sih efektifnya 3 in 1 ? Kenyataannya tidak bisa mengurangi pemakaian kendaraan, jadi 3 in 1 adalah solusi yang menurut saya kurang tepat sasaran tapi tetap dipertahankan.
5.    Masalah spesifik kemacetan yang terjadi pada jam tertentu, misalnya jam masuk kerja. Untuk mengatasi masalah ini mungkin bisa diterapkan sistem  mobil jemputan gedung. Penerapan sistem ini sama seperti mobil jemputan karyawan di pabrik-pabrik, sehingga bisa mengurangi volume kendaraan. Cara ini cukup efektif karena banyak orang yang malas bawa kendaraan karena lebih enak duduk tidur daripada harus bawa kendaraan dan stress
6.    Masalah kemacetan di jalan yang tersumbat karena jalan dipakai untuk parkir dan/ atau dagang. Buka sumbatan tersebut, maka kemacetan akan berkurang.
7.    Dan masih banyak lagi masalah spesifik yang bisa dibedah untuk mengatasi kemacetan sesuai karakteristik kemacetan dimasing-masing titik kemacetan.

Pada prinsipnya kita perlu memecah-mecah masalah besar kedalam masalah-masalah yang lebih spesifik, sehingga kita bisa fokus mencari solusi yang tepat sasaran.
·         Untuk kasus kemacetan, perlu dilakukan pembedahan pada titik-titik sumbatan, sehingga aliran mobil bisa berjalan dengan lebih lancar.
·         Dan untuk bisa lebih memahami detil masalah yang spesifik, tugaskan masing-masing daerah untuk memikirkan solusi untuk mengatasi sumbatan tersebut.
Jika ini dilakukan secara detil, saya yakin masalah kemacetan bisa dikurangi dalam waktu yang cepat, sambil menunggu solusi yang lebih komprehensive.

Metode yang sama bisa kita lakukan untuk mengatasi permasalahan yang tidak kunjung terselesaikan pada perusahaan.
·         Pecah-pecah masalah menjadi masalah yang lebih spesifik.
·         Kenali masalah yang sudah spesifik tersebut menggunakan teori fakta bukan teori logika, sehingga tidak menimbulkan debat pendapat
·         Dan tetapkan solusi yang tepat sesuai masalah yang sudah disepakati.
Semakin kita persempit masalah maka kita akan bisa melihat masalah secara lebih fokus dengan melihat fakta yang terjadi sekitar kasus spesifik tersebut. Dengan cara ini, analisa bisa dilakukan lebih spesifik sesuai karakter masalah dan dilakukan berdasarkan fakta bukan pendapat, sehingga solusi yang diberikan bisa lebih tepat sasaran sesuai kondisi masalah yang ada.

Tidak ada satu obat yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Diagnosisi penyakitnya secara spesifik dan berikan obat yang sesuai.



Best regards


Imanuel Iman
Penulis Buku Transforming Organization
Sentral Sistem Consulting
        MTH Square Lt.3A,  Jl.MT.Haryono kav.10 No.2,  Jakarta Timur 13330,  (021)-29067201-03,  (021)-29067204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar